Sabtu, 04 Juli 2009

Miskin bukanlah akar dari segala kejahatan



Dalam bukunya Rich Dad Poor Dad, Kiyosaki begitu mendorong pembacanya agar memilih untuk belajar pada ayah yang kaya daripada belajar pada ayah yang miskin. Ayah miskin berkata: cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Namun ayah kaya berkata: kurang uang adalah akar dari segala kejahatan. Manakah yang benar? Kiyosaki dengan jelas membela ayah kaya dan menghina ayah miskin.
Sebenarnya istilah ayah kaya dan ayah miskin hanyalah merupakan
simbol dari dua tuan dalam hidup manusia. Tuan yang satu begitu mencintai uang dan tuan yang lain begitu mencintai kerja keras. Maka dalam faktanya dua tuan ini tidak pernah akur. Mereka berjuang untuk memperebutkan posisi dalam hati manusia. Tanpa sadar Kiyosaki bukan hanya direbut hatinya oleh seorang tuan, tapi dengan sangat terbuka dan senang bila hatinya diisi oleh kepentingan tuan tersebut. Kiyosaki tergila-gila dengan ajaran ayah yang kaya. Sebelum ia membela mati-matian teori ayah kaya, ia sudah terlebih dulu mengetahui dan belajar dari ayah miskin. Dan saat ia mendengar teori ayah miskin, Kiyosaki sangat benci dan marah kepadanya karena tidak sesuai dengan maksud hati Kiyosaki. Maka, ia sudah mendengar teori yang satu, lalu menjadi tidak puas, dan kemudian mendengar tawaran yang lebih menggiurkan dari ayah kaya.
Seorang yang cukup peka akan segera tahu, siapakah sebenarnya simbol ayah miskin yang dimaksudkan. Simbol tersebut adalah karakter yang dimiliki Tuhannya orang Kristen. Maka sangat menyedihkan bila orang Kristen membaca buku ini lalu mengagung-agungkan teori Kiyosaki. Mereka yang mengagung-agungkan teori Kiyosaki, sebenarnya belumlah belajar apa-apa tentang iman Kristen.
Alkitab berkata, "Akar segala kejahatan ialah cinta uang (1 Timotius 6:10)." Inilah ayah miskinnya Kiyosaki, yang seharusnya adalah ayah kayanya orang beriman. Maka, kita berani meyimpulkan, bahwa untuk menulis buku Rich Dad Poor Dad, Kiyosaki membaca terlebih dahulu kebenaran Firman Alkitab, lalu karena ia tidak setuju dan membencinya, ia membuat teori untuk melawan dan melenyapkan kebenaran tersebut. Ia sedari dulunya adalah penentang kebenaran. Dan sekarang mau mengajak sebanyak mungkin orang untuk juga menjadi penentang kebenaran. Kalau bisa tidak hanya menjadi seorang penentang kebenaran tapi juga pelaku dan ateis.
Alkitab penuh dengan konsep dua ayah yang berlawanan atau dua tuan yang berlawanan, yaitu mamon dan Allah sendiri. Mamon maksudnya adalah uang. Yesus berkata, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. (Matius 6:24)." Posisi Kiyosaki menjadi jelas, ia tidak mungkin mengasihi Allah dan mengasihi uang, ia harus memilih salah satu, dan yang ia pilih adalah uang.
Ketika Yesus Kristus hendak memulai pelayananNya, Ia dicobai iblis sebanyak 3 kali. Dan pada pencobaan yang ketiga iblis membawa Ia ke atas gunung yang tinggi dan menunjukkan kepadaNya segala kerajaan dunia dan kemegahannya. Dan meminta kepadaNya agar Ia menyembah iblis. Bila Yesus Kristus menyembah iblis sekali saja, maka iblis berjanji semuanya itu akan diberikan kepadaNya. Tapi Yesus dengan keras menolak.
Iblis sedari awal mau menggoncang identitas Yesus. Yesus yang disebut Anak Allah mau dibuat meragukan identitasnya sendiri oleh iblis. Iblis bertanya: benarkah Engkau Anak Allah atau bukan, sebab mungkinkah Anak Allah yang adalah Pewaris dari segala yang ada, bisa menjadi berkekurangan seperti ini? Mana mungkin Anak Allah tampil semiskin ini? Yang ada dalam benak iblis adalah bila Ia adalah Anak Allah, Ia harusnya tampil kaya dan penuh kegemerlapan. Tapi nyatanya tidak. Maka iblis mempertanyakan Yesus. Benarkah Ia Anak Allah, kalaupun benar Yesus adalah Anak Allah, pastilah BapaNya sangat jahat. Karena Bapa itu membiarkan AnakNya jatuh miskin. Atau jangan-jangan BapaMu adalah Bapa yang miskin, karena tidak bisa membuat Engkau kaya? Inilah yang dipertanyakan Iblis.
Dan dengan sangat tepat Kiyosaki menyatakan kesetujuannya dengan teori iblis. Yaitu bahwa hanya ayah kaya yang bisa membuat kita kaya. Ayah miskin hanya merepotkan dan membuat kita miskin saja. Maka ia mau membuang ayah miskin yang memiskinkan dia. Tapi sayang sekali ayah kaya itu bukanlah ayah yang benar-benar baik. Ayah kaya itu hanya kelihatannya saja baik, padahal jahat luar biasa. Ayah kaya menawarkan segala kekayaan dan kemegahan tapi meminta kita untuk tunduk menyembah dia. Dialah ayah kaya yang gila hormat. Mengapa gila hormat? Karena kehormatan sama sekali tidak pernah ia miliki. Sekarang ia dan teorinya mau menawarkan kekayaan kepada manusia asalkan ia sendiri disembah. Kalaupun manusia ragu untuk menyembah dia, ia akan rela bila manusia menyembah uang. Karena baginya menyembah ayah kaya dan menyembah uang adalah dua hal yang sama dan tidak berbeda. Ayah kaya, yaitu iblis dan teorinya, memiliki cara-cara untuk menjadi kaya. Dan setelah manusia ingin menjadi kaya, mau tidak mau manusia harus menyembah dia dan teorinya. Ini adalah akal yang sungguh licik dari ayah kaya. Sedangkan ayah miskin, yaitu Bapa kita di Sorga menginginkan kita hidup sederhana dan mampu menanggung kesulitan. Bapa kita menginginkan kita hidup dengan berjerih lelah dan berkeringat. Karena hidup yang berjerih lelah menyenangkan hatiNya. Dan Ia memiliki segala berkat yang baik bagi anak-anakNya. Sebenarnya kekayaan si ayah kaya adalah bentuk pinjaman dari Ayah miskin. Karena iblis tidak pernah menjadi pemilik mutlak terhadap dunia dan ciptaan, tetapi ia berani mengatakan bahwa dunia dan kemegahannya adalah miliknya. Sungguh hal ini sangat memalukan. Tapi ia rela melakukannya, demi dirinya sendiri disembah oleh orang-orang yang ingin menjadi kaya. Jika kita pelajari konsep hidup Kiyosaki, kita akan mengetahui bahwa dia bukan hanya orang yang ingin menjadi kaya, tapi juga ingin kaya dengan cara yang mudah yaitu dengan membuat uang bekerja bagi dia. Ini adalah dua konsep hidup yang jahat sekali. Pertama ia ingin kaya, kedua ia malas bekerja. Jadi Kiyosaki berpikir bagaimana manusia bisa menjadi kaya tanpa banyak bekerja. Ia sungguh-sungguh orang malas yang tamak. Lalu mau mengajak semua orang menjadi seperti dia. Jika ia kaya tapi sedikit bekerja, seharusnya kita bertanya: lalu siapa yang bekerja? Jawabannya adalah orang yang bodoh yang mau bekerja berjerih lelah yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang tidak bekerja. Kalau semua orang hidup dengan semangat seperti ini, dunia kita akan menjadi dunia yang rusak sama sekali. Karena semua akan malas bekerja tapi ingin dapat uang banyak. Maka akhirnya manusia harus memilih untuk berjudi.
Tapi Bapa kita yang sepertinya miskin, tidak menghendaki kerusakan terjadi diantara ciptaanNya. Ia menghendaki kita bekerja dengan jujur, dengan sepenuh hati, dengan rela, bekerja sekuat tenaga seperti untuk Dia sendiri. Maka semua usaha kita di dunia akan ia senangi.
Dengan demikian menjadi orang yang sangat jahat sebenarnya mudah. Ia hanya perlu mempelajari sedikit kebenaran Firman di Alkitab, lalu melakukan semua kebalikan dari yang dinyatakan. Termasuk segala sesuatu yang berkaitan dengan uang.
By : Windra

Glory to God in the Highest

There were shepherds abiding in the field, keeping watch over their flock by night. And lo, the angel of the Lord came upon them: and the glory of the Lord shone round about them: and they were sore afraid. And the angel said unto them, Fear not: for behold, I bring you good tidings of great joy, which shall be to all people. For unto you is born this day in the city of David, a Savior, which is Christ the Lord. And suddenly there was with the angel a multitude of the heavenly host, praising God, and saying:
(Luke 2:8-11, 13)

Glory to God in the highest,
and peace on earth, good will toward men. (Luke 2:14)


Inilah koor yang begitu mulia yang diciptakan oleh George Frideric Handel, yang menggambarkan kegemparan bala tentara Sorga yang sedang memuji Allah, dikontraskan dengan babak sebelumnya yang menyajikan suasana teramat damai yang sedang dialami oleh para gembala domba.
Ketika itu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin. Dan ia meletakkan bayinya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di suatu daerah yang tenang di padang, para gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di waktu malam. Gembala-gembala ini adalah kaum yang miskin, kotor, dan diremehkan oleh banyak orang. Karena mereka adalah kaum pinggiran yang tidaklah terpelajar.
Namun di tengah keheningan malam, yang hanya ada suara domba memakan rumput, dan suara angin yang meniup rerumputan. Dengan tiba-tiba, malaikat muncul di tengah-tengah mereka. Gembala-gembala kaget sekali, muka mereka menjadi pucat luar biasa, dan gemetaran. Karena mereka bertemu dengan malaikat sorga, suatu bentuk makhluk yang berbeda dari manusia, dan membawa kemuliaan yang menawan! Kemuliaan itu bukan berasal dari diri malaikat itu sendiri, tapi dari Kemuliaan Tuhan yang terpancar langsung melalui dia. Terlalu besarnya kemuliaan itu, sampai terpancar dan membanjiri mereka para gembala!
Gembala-gembala menjadi lemas dan ketakutan, tapi Terpujilah Allah, karena ketika manusia takut, ketika itu juga keluar kalimat yang menenangkan: 'jangan takut..!' 'Mengapakah manusia harus menjadi takut, saat mereka harusnya bersukacita luar biasa!' Mereka harusnya bersukacita, karena Juruslamat itu telah dilahirkan di kota Daud.
Langsung keagungan menampakkan dirinya bersama bala tentara Sorga yang bersorak, "Glory to God in the Highest, and peace on earth..."
Nada ini begitu kontras sekali. Saat diteriakkan Glory to God, nadanya naik menjadi tinggi dan ditekan. Tapi ketika disebut and peace on earth, nadanya menjadi turun dan rendah tanpa ditekan. Ini menggambarkan kebenaran yang dasyat! Handel tidaklah sembarangan menulis lagu, ia tahu benar apa yang mau ia sampaikan. Ini adalah berarti Kemuliaan Allah itu begitu besar dan tinggi luar biasa, sedangkan bumi hampirlah kehilangan kemuliaannya, sehingga cukuplah bila di bumi ini hanya mengalami peace yang menenangkan saja...
Di bumi, tenang, sudahlah cukup! Di Sorga bersorak memuji Kemuliaan Tuhan serasa belum cukup juga. Kalau pujian di Sorga mencapai kata cukup, maka berhentilah pujian dan sembah dari makhluk sorga. Tapi tidak demikian keadaannya! Memuji dan menyembah Tuhan di Sorga serasa tidak cukup-cukup, karena Tuhan terlalu mulia dan suci. Saat aku tunduk menyembah Tuhan, aku mengagumi Dia satu hal. Ketika aku menatap wajahNya lagi, aku kagum dua hal, aku tunduk dan menyembah lagi. Demikian seterusnya tanpa bosan!
Sehingga di Sorga, orang bukannya sibuk main golf, atau berenang, atau mengerjakan hobby dan kesenangannya, seperti yang dipercaya orang kristen yang tidak belajar Firman! Tapi di Sana, kita dipuaskan saat menyembah Dia. Semakin intim, semakin sukacita itu berluap-luap tidak habis... Tapi di bumi ini cukuplah bila mencapai damai yang tenang saja...
Pujian ini memiliki keunikan dalam jumlah kata dan durasinya! Ketika lagu ini melantunkan kisah gembala di padang, ia memakai kurang lebih 99 kata dalam waktu 1 menit 23 detik. Tetapi ketika mau mengungkapkan Kemuliaan Allah, dibutuhkan 1 menit 37 detik untuk menyampaikan 14 kata saja! Aneh bukan? 99 kata untuk waktu yang lebih singkat dan tenang. Dan 14 kata untuk waktu yang lebih lama dan menggetarkan. Inilah suasana Sorga!
Betapa kita dibuat iri oleh pengalaman para gembala tadi. Mereka bukanlah orang yang hebat, penting dan besar! Tapi dipentingkan oleh Tuhan Allah. Yang rendah ditengok dari Sorga, yang tinggi-tinggi direndahkan. Sorak pujian bala tentara Sorga yang indah itu tidak ditampilkan di theater para bangsawan dan raja yang mewah dan megah. Tapi di theater padang, yang dibumbui dengan latar domba-domba yang makan rumput! Bukan kepada orang-orang penting, tapi kepada orang-orang remeh! Inilah uniknya Tuhan kita. Tapi Ia tidak salah pilih. Karena bila raja-raja yang melihat koor agung tsb, mungkin mereka hanya akan bertepuk tangan sambil mengunyah kismis di mulut mereka. Tapi gembala-gembala tadi sangat berbeda. Setelah koor selesai dipentaskan, mereka lari cepat-cepat untuk menemui Sang Juruslamat. Sungguh menakjubkan, Allah kita tidak salah pilih.
Ia adalah Allah yang tidak akan pernah salah pilih! Dan Ia tidak akan pernah salah waktu! Ketika tiba harinya seorang harus mendengar berita Damai itu, orang itupun harus berbalik dari dosa dan kejahatannya, kembali kepada Pencipta dan Penebusnya. Terpujilah Tuhan Allah, Perantara kita, yang mendamaikan kita manusia di bumi dengan Bapa di Sorga. Amin.

By: Windra

Senin, 29 Juni 2009

Kerusakan Total pada Manusia


Kekristenan percaya bahwa pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan yang terjadi di setiap aspek hidup adalah disebabkan terjadinya Kerusakan Total pada keseluruhan diri manusia. Di bawah ini akan dijelaskan secara negatif dan positif konsep Kerusakan Total yang dimiliki oleh Worldview Kristen.

1. Kerusakan Total tidaklah berarti kerusakan mutlak.
Seseorang yang mengalami Kerusakan Total bukan berarti bahwa kejahatan dalam dirinya telah mencapai intensitas atau derajat yang maksimal. Yang dimaksud dengan kerusakan total adalah orang tersebut tidak mampu melakukan satupun yang baik. Sebagai contoh: seorang anak yang menceritakan kebohongan-kebohongan kecil kepada orang lain. Kebohongan itu sendiri adalah salah, walaupun derajatnya masih kecil. Manusia dapat melakukan tindakan jahat yang paling jahat. Tetapi bila tindakan paling jahat itu tidak dilakukan, itu hanya karena Allah yang masih menahannya. Sebagaimana yang Paulus tulis, "Secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. (2 Tesalonika 2:7)."

2. Kerusakan Total tidak berarti hilangnya kebaikan relatif.
Manusia bukan hanya terkadang tidak melakukan hal yang terjahat tetapi mereka juga dapat melakukan kebaikan sampai taraf yang tertentu. Kebaikan seperti ini dapat berupa mengasihi orang lain sampai kepada bentuk pengorbanan diri untuk orang lain.

3. Kerusakan Total secara positif adalah: Dorongan yang tidak pernah berhenti untuk selalu berbuat hal yang jahat, salah, dan berdosa.
Di dalam Kitab Suci Kristen disebutkan, "bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata. (Kejadian 6:5)." Memang manusia terkadang tidak melakukan dosa dengan cara yang terburuk, bahkan masih dapat melakukan sejumlah kebaikan yang relatif, tetapi dalam semua yang dilakukannya manusia berbuat dosa. "Ia tidak dapat melakukan satu hal pun yang benar-benar menyenangkan Allah. (Edwin Palmer, 2005)."

4. Kerusakan Total secara negatif adalah: ketidakmampuan total.
Istiliah ketidakmampuan total ini berkait pada ketidakmampuan untuk melakukan, memahami, atau bahkan menginginkan kebaikan. Semua orang tidak mampu melakukan kebaikan yang mereka harap dapat menyelamatkan dirinya. Karena manusia dipenuhi oleh keinginan daging, dimana semua bentuk keinginan tersebut terbentur dengan aturan moral yang Allah tetapkan. Inilah gambaran dari manusia berdosa, yang mati karena pelanggaran-pelanggarannya
By: Windra

Perspektif Kristen mengenai Kebahagiaan

1. Berbahagia melalui kemiskinan.
Kitab Suci mengatakan, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 5:3)."
Bila di dalam kalimat tersebut tidak disebutkan: miskin di hadapan Allah, berarti semua orang yang miskin materi boleh mempunyai alasan untuk berbahagia. Berarti dimensi miskin adalah berkaitan dengan materi dan finansial. Tetapi tidak seperti ini maksudnya. Kalimat tersebut mengatakan: miskin di hadapan Allah. Ini berarti bukan miskin di hadapan manusia. Manusia melihat apa yang tampak di depan mata mereka, tetapi Tuhan melihat manusia tidak dengan cara demikian. Tuhan melihat sampai ke dalam hati manusia yang terdalam.
Miskin di hadapan Allah, berarti adalah kesadaran akan kemiskinan moral dan kemiskinan kebenaran hati di hadapan Dia. Semua manusia sebenarnya berstatus miskin di hadapan Dia. Yang menjadi masalah adalah apakah manusia tersebut mau mengakuinya atau tidak. Karena semua manusia telah berdosa, maka semua manusia tidak memiliki kekayaan apa-apa di hadapan Pencipta. Mereka yang sungguh-sungguh sadar akan kemiskinan ini di hadapan Allah, seharusnyalah berbahagia. Karena sebelum seseorang diperkenan oleh Tuhan dan diampuni dosanya, dia harus terlebih dahulu menyadari keberdosaannya. Baru setelah itu pengampunan berlaku bagi orang tersebut.

Miskin di hadapan Allah, memiliki beberapa dimensi:
(1) Seorang yang mengaku diri miskin di hadapan Allah, akan mengakui kemiskinan rohaninya.
Yesus menceritakan kisah dramatis mengenai seorang yang memiliki gambaran yang salah tentang konsep kekayaan dan kemiskinan. Orang ini berkata tentang dirinya, "Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah. (Lukas 12:19)." Orang ini tidak tahu bahwa jiwa dan hatinya tidaklah bisa dihidupi dan dipelihara oleh anggur dan makanan. Dan karena kebodohannya, yang menganggap benda materi demikian penting, Allah berkata kepadanya, "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah. (Lukas 12:20-21)." Bila tubuh perlu makanan untuk menopang hidup, demikian juga jiwa manusia. "Jiwa punya rasa lapar terhadap Allah, yaitu suatu kerinduan untuk berdamai dengan Allah dan mengikat tali persaudaraan denganNya untuk selama-lamanya. (Billy Graham, 1998)." Batin manusia tidak akan pernah tenang sampai ia menemukan hubungan yang damai dengan Allah. Kekristenan percaya bahwa manusia adalah makhluk yang kekal. Asal mula manusia terjadi di dalam waktu, namun jiwa mereka tidak akan pernah berakhir atau mati. Jiwa manusia kekal adanya. Sehingga hati yang bersifat kekal dalam diri manusia tidak akan pernah dapat dipuaskan dengan sesuatu yang bersifat sementara. Hati yang kekal tersebut harus diisi dengan hubungan damai yang kekal dengan Allah. Maka, bagi mereka yang telah menerima karya penebusan Kristus, hatinya akan merasa damai. Karena manusia tidak lagi perlu menanggung hukuman dan kemarahan dari Tuhan. Kemarahan dan penghukuman tersebut sudah ditanggung oleh Kristus.
Manusia yang miskin di dalam roh, tidak mengukur kekayaan duniawi sebagai nilai kehidupan. Namun menempatkan realita kekekalan sebagai nilai kehidupan yang sebenarnya. Kalimat: berbahagialah mereka yang miskin, juga berarti bahwa mereka akan dipuaskan. Manusia harus terlebih dahulu mengaku diri miskin di hadapan Allah baru kemudian mereka boleh berharap akan diperkaya oleh Tuhan.

(2)Manusia yang miskin di hadapan Allah akan menerima kekayaan yang disediakan Kristus oleh kematian dan kebangkitanNya.
Mereka yang sadar akan rohaninya yang miskin dan jiwanya yang tersesat akan mendapat pertolongan dari Penciptanya. Kristus datang untuk menebus dosa mereka yang percaya kepadaNya melalui kematian dan kebangkitanNya. Bila Kristus mati dan tidak bangkit, maka Ia bukanlah siapa-siapa. Namun Ia bangkit dari kematian, untuk memberikan pengharapan kepada manusia akan adanya kebangkitan dari kematian di dalam dosa. Dosa mengakibatkan maut, dan maut tersebut telah dikalahkan oleh kebangkitan Kristus. Maut tidak lagi berkuasa atas diri manusia yang telah menerima Dia. Tubuh mereka memang akan mati, namun jiwa mereka yang percaya akan diselamatkan dari kematian kekal yaitu penghukuman kekal. Hal inilah yang memberikan kedamaian bagi mereka yang miskin di hadapan Allah.

(3) Miskin dihadapan Allah berarti bergantung sepenuhnya kepada Dia yang mencipta manusia.
Karena Tuhan yang mencipta manusia, maka hanya Dialah yang mengetahui rahasia kebahagiaan ciptaannya. Kebahagiaan manusia akan tercipta saat mereka bergantung pada kebaikan Pencipta. Ia yang mencipta, maka Ia yang memberi kebahagiaan pada ciptaanNya. Yang menjadi tugas manusia adalah tetap berelasi dengan Dia secara benar.

2. Kebahagiaan meskipun berduka.
Kitab Suci berkata, "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. (Matius 5:4)."
Kita cenderung berpikir, berbahagialah orang yang bersukacita. Namun, Kristus, yang juga seorang yang sangat berduka, berkata: Berbahagialah orang yang berdukacita. Ada dukacita yang merupakan dosa, yaitu dukacita yang dari dunia. Dukacita ini meliputi rasa putus asa dan kemurungan, yang berkaitan dengan hal-hal yang sementara. Namun, ada sebuah dukacita yang benar-benar mulia, yang memenuhi syarat untuk mendapat berkat, yang menunjukkan suatu kesungguhan dan yang tidak memikirkan kesenangan sendiri.

Dukacita tersebut meliputi:
(1) Dukacita karena menyesali dosa-dosa sendiri. Ini adalah dukacita menurut kehendak Allah, yaitu dukacita karena berdosa. Orang-orang yang berduka seperti inilah yang menjadi milik Allah, yang menjalani hidup yang penuh pertobatan, yang meratapi natur mereka yang rusak dan semua pelanggaran mereka yang banyak, yang menyadari bahwa Allah telah menjauh dari mereka. Orang-orang seperti ini adalah orang yang juga berkabung atas dosa-dosa orang lain, dan menginginkan adanya pertobatan dan pertolongan dari Tuhan.

(2) Kesedihan yang penuh tenggang rasa atas kesusahan orang lain dan keberdosaan mereka. Di dalam tawa yang sia-sia, hati dapat merana; demikian pula dalam dukacita, hati dapat dipenuhi dengan sukacita. Mengapa mereka yang berdukacita dapat disebut berbahagia? Karena mereka seperti Kristus, seorang yang penuh dukacita, yang tidak pernah dituliskan bahwa Ia tertawa, melainkan seringkali menangis. Mereka akan menerima penghiburan, pengampunan, dan damai sejahtera yang telah disediakan bagi mereka.

3. Orang yang lemah lembut adalah orang yang berbahagia.
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. (Matius 5:5)." Orang yang lemah lembut adalah mereka yang dengan tenang tunduk kepada Allah, kepada perkataanNya. Mereka berbahagia karena mengikuti petunjuknNya, menaati rancanganNya, dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. Mereka inilah orang yang mampu menanggung hasutan tanpa menjadi marah karenanya, dan bersikap diam atau menanggapi dengan jawaban lembut. Mereka tetap berkepala dingin ketika yang lain terbakar emosi, dan dengan sabar menguasai jiwa mereka sendiri saat nyaris tidak mempunyai apapun.
Orang yang lemah lembut akan berbahagia sebab mereka serupa dengan Allah yang adalah Tuan atas amarahNya, dan yang tidak dikuasai murka. "Mereka berbahagia karena mereka memiliki penghiburan yang paling nyaman dan tidak terganggu, yang berasal dari diri sendiri dan dari Allah mereka. (Matthew Henry, 2007)."
Mereka disebut akan memiliki bumi. Maksudnya bukanlah mereka akan selalu memiliki sebagian besar dari bumi ini. Namun, dengan kelembutannya, mereka cenderung dapat meningkatkan kenyamanan, kesehatan, dan keamanan saat mereka ada di dunia. Orang yang lemah lembut dan tenang tampak menjalani kehidupan yang paling mudah dibandingkan orang yang lancang dan penuh kemarahan. Demikianlah orang yang lembut akan diberkati.

4. Mereka yang lapar dan haus akan kebenaran adalah orang yang berbahagia.
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. (Matius 5:6)." Kalimat ini juga mengarah pada orang-orang yang tidak mendapatkan perlakuan yang adil dari sesamanya. Mereka mendambakan keadilan dan persamaan hak, namun dicegah oleh orang-orang yang tidak menghormati manusia. Ini adalah hal yang menyedihkan. Namun berbahagialah mereka bila dalam penderitaannya, mereka tetap memelihara hati yang bersih dan berkenan kepada Allah. Orang yang menanggung penindasan dengan hati yang puas dan tenang, akan mendapatkan penghiburan dan kebaikan dari Penciptanya.
Berbahagialah mereka yang haus akan kebenaran. Kebenaran disini dapat berarti semua berkat rohani. Kebenaran ini muncul dari pembenaran yang dilakukan oleh Kristus bagi manusia. Melalui pengorbanan Kristus, Allah membenarkan manusia, dan manusia tersebut diperbarui seutuhnya dalam kebenaran. "Mereka sekarang mengenakan gambar Allah yang diperbarui. (Henry, 2007)."
Lapar dan haus merupakan selera yang sering berulang kembali dan membutuhkan pemuasan yang baru. Demikian juga keinginan-keinginan yang kudus tidak selamanya puas dengan apa yang sudah didapatkan, melainkan meminta pengampunan yang baru. Lapar adalah keinginan akan makanan supaya tetap bertahan, seperti misalnya kebenaran yang menguduskan. Haus adalah keinginan akan minuman untuk menyegarkan, seperti misalnya kebenaran yang membenarkan dan perasaan diampuni. Orang-orang yang lapar dan haus akan berkat-berkat rohani akan berbahagia, karena keinginan-keinginan mereka akan dipuaskan dengan berkat-berkat. Bagaimanapun jiwa akan selalu lapar dan haus akan sesuatu. Hanya Allah sendirilah yang mampu mengisi jiwa. Anugerah dan perkenanNya cukup bagi keinginan yang benar, dan Ia akan memenuhi orang-orang itu dengan kasih karunia demi kasih karunia.

5. Orang yang murah hatinya akan disebut berbahagia.
"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. (Matius 5:7)." Hal ini juga bersifat paradoks. Sebab orang yang murah hati biasanya tidak akan dianggap sebagai orang yang sangat bijak, dan juga tidak mungkin dapat menjadi yang terkaya, namun Kristus menyebut mereka berbahagia. Mereka ini adalah orang-orang yang murah hati, yang saleh dan dermawan dalam menaruh belas kasihan, menolong, dan membantu orang-orang yang ditimpa kemalangan. Untuk menjadi orang yang benar-benar murah hati, seseorang tidak perlu memiliki kekayaan yang berlimpah, karena yang diterima Allah adalah hati yang bersedia memberi. Tidak cukup bagi manusia untuk hanya menanggung penderitaannya dengan sabar, tetapi lebih dari itu, manusia harus penuh dengan simpati dan mau turut mengambil penderitaan orang lain. Rasa belas kasihan itu harus tampak dalam memberi semampu kita guna membantu orang-orang yang ditimpa kemalangan.
Mereka disebut berbahagia, karena dalam hal ini juga mereka menyerupai Allah dalam sifatNya. Tindakan murah hati ini adalah bukti kasih kepada Allah. Manusia akan merasa puas dalam hatinya bila ia menjadi alat demi kebaikan orang lain dalam hal apa saja. "Salah satu kesukaan hati yang paling murni dan sempurna di dunia ini adalah berbuat baik (Henry, 2007)." Dalam kalimat: berbahagialah orang yang murah hatinya, tercakup ucapan Kristus yang lain, bahwa: "adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. (Matius 20:35)."
Mereka disebut berbahagia dan akan memperoleh kemurahan. Orang yang murah hati, akan mendapat kemurahan dari Penciptanya. Dia akan memenuhi kebutuhan ciptaanNya di saat yang mereka perlukan. Sedangkan mereka yang tidak berbelaskasihan akan memperoleh penghakiman yang tidak berbelaskasihan pula.

6. Orang yang suci hatinya akan disebut berbahagia.
"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. (Matius 5:8)." Di dalam kalimat bahagia ini, kekudusan dan kebahagiaan dipersatukan dengan sempurna. Kekudusan dimulai dari dalam hati seseorang. Kesucian hati itulah yang merupakan ibadah yang sejati. Kekristenan yang sejati terletak pada hati, pada kesucian hati dan pembersihan hati dari kejahatan. Hati manusia harus dimurnikan dan tidak bercampur dengan hal-hal yang najis. Hati harus selalu diarahkan kepada hal-hal yang baik. Hati tersebut harus disucikan karena akan dipersembahkan kepada Allah.
Mereka yang suci hatinya akan melihat Allah. Melihat Allah berarti akan hidup bersama-sama dengan Dia di dalam kekekalan. Inilah kebahagiaan sorga, yaitu hidup bersama dengan Allah. Kebahagiaan untuk melihat Allah hanya dijanjikan kepada orang-orang yang suci hatinya. Orang yang tidak suci hatinya tidak akan tahan melihat kesucian Allah. Tidak akan ada hal yang jahat dapat masuk ke dalam sorga. Semua orang yang suci hatinya memiliki keinginan dalam hati mereka yang hanya dapat dipuaskan dengan melihat Allah.

7. Orang yang membawa damai adalah orang yang berbahagia.
"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:9)." Orang-orang yang membawa damai adalah mereka yang memiliki watak yang cinta damai. Cinta damai berarti mencintai, menginginkan, dan bersukacita dengan perdamaian, menjadikannya salah satu unsur dalam diri kita, dan belajar bersikap tenang. Orang yang cinta damai adalah orang yang memilih dan mau memperbaiki keretakan diantara sesama. Orang seperti ini rela melerai pertengkaran walau mereka berisiko ditentang oleh kedua belah pihak. Disinilah mereka dapat mempraktekkan kasih mereka kepada sesama.
Pembawa damai akan berbahagia, karena mereka menikmati kepuasan dengan memelihara perdamaian dan dengan demikian mereka melayani orang lain. Orang-orang ini bekerja sama dengan Kristus yang datang ke dunia untuk memberitakan damai di bumi.
Para pembawa damai akan disebut anak-anak Allah. Hal ini terjadi karena tindakan cinta damai itu akan menjadi bukti bagi mereka sendiri bahwa mereka memang anak-anak Allah. Anak-anak Allah harus menjadi serupa dengan Allahnya. Karena Allah adalah sumber perdamaian, demikian juga seharusnya anak-anakNya. Orang yang senang membangkitkan permusuhan tidak akan mendapat perdamaian dengan Allah. Para pendamai akan mendapat berkat Allah, dan para perusak damai akan mendapat perlawanan dari Dia. Kristuspun tidak pernah bermaksud agar ajaranNya disebarkan dengan cara kekerasan, namun dengan memberikan damai.

8. Orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran adalah orang yang berbahagia.
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu. (Matius 5:10-12)."
Berbahagia karena dianiaya adalah hal yang paling paradoks dari semua paradoks yang ada. Murid-murid Kristus yang adalah pengikutNya, harus berbahagia dalam menghadapi peristiwa apapun dalam mengikut Dia. Murid-murid ini disamakan dengan orang-orang kudus yang harus menderita karena Kristus.
Keadaan mereka dapat menjadi menyedihkan dan menderita. Murid-murid dianiaya, dikejar, dan dibunuh oleh orang-orang yang membenci guru mereka. Hal ini memang akan menimpa seorang murid apabila gurunya dibenci oleh orang lain.
Mereka dicela dan dianiaya, serta difitnahkan hal-hal yang jahat. Hal ini dilakukan terlebih dahulu agar kemudian para murid dapat diserang tanpa dapat membela diri mereka. Namun setiap kata-kata penghinaan harus dipertanggungjawabkan kepada Pencipta.
Semua penderitaan yang terjadi kepada para murid adalah disebabkan oleh kebenaran dan Kristus. Mereka menderita karena tidak mau berbuat dosa dengan melawan hati nurani. Mereka menderita karena berbuat baik. Sebenarnya Kristus dan kebenaranNyalah yang dimusuhi, namun para murid juga yang turut menanggungnya.
Namun Allah menyediakan penghiburan bagi orang-orang kudus yang menderita. Mereka dikatakan berbahagia, karena adalah suatu kehormatan bagi seorang murid untuk menderita bagi gurunya. Mereka akan menerima Kerajaan Sorga sebagai upah yang disediakan oleh Allah. Upah tersebut sedemikian besar, bahkan melebihi pengorbanan mereka. "Allah menjamin bahwa orang-orang yang menderita kerugian demi Dia, walau itu nyawa sekalipun, pada akhirnya nanti tidak akan menderita kerugian oleh Dia. (Matthew Henry, 2007)." Pada akhirnya, sorga akan menjadi upah yang melimpah bagi semua kesukaran yang para murid jumpai dalam hidup. Inilah yang membuat para orang kudus dari segala zaman dapat bertahan dalam penderitaan, yaitu karena sukacita yang ditetapkan bagi mereka.
Mereka yang dianiaya harus mengingat bahwa hal tersebut telah terjadi kepada nabi-nabi sebelum mereka. Yang dianiaya harus memiliki teladan dalam hal penderitaan dan kesabaran. Para nabi telah dianiaya dan disiksa, namun mereka tetap bertahan. Sungguh merupakan suatu kehormatan untuk mengikuti para pemimpin yang mampu bertahan seperti itu.