Pergerakan zaman kita pada saat ini
sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang berkecimpung dalam pusaran
konsep ekonomi. Ekonomi telah menjadi illah baru dalam abad ini, berdampingan
dengan spirit New Ages dan Post Modern Era. Kaum spiritualis mengkonsentrasikan
pikiran mereka pada gerakan Zaman Baru yang sebetulnya sama sekali tidaklah
baru, sedangkan kaum praktikal lebih memilih memikirkan keuntungan apa yang
dapat mereka peroleh dari disiplin ilmu yang mereka geluti. Sangatlah fatal apabila
disiplin ilmu menjadi “budak” dari spirit “cinta uang.” Maka semua teori
dicetuskan dan digerakkan dengan suatu motivasi: apakah pemikiran ini akan
menghasilkan kekayan bagi saya atau tidak. Bila “iya” maka apapun caranya akan
saya lakukan walau itu harus menjual Yesus. Bila tidak menguntungkan, lebih
baik saya mencari cara lain dimana mayoritas berkumpul dan membuang uang mereka
untuk suatu hal. Dan saya akan mencipta “hal” itu.” Ini bukanlah spirit orang
kriten. Ini adalah cara pandang dunia untuk mengejar kekayaan.
Orang
Kristen harusnya memiliki suatu ketajaman dalam menganalisa zaman dan gerakan. Bila
orang Kristen tenggelam di dalam arus yang menyesatkan, maka siapakah yang rela
berdiri menyatakan kebenaran yang sesungguhnya?
Teori
ekonomi telah dipelopori oleh orang-orang yang bukannya bodoh dalam berlogika. Mereka
memiliki teori yang mungkin mengagumkan. Namun hampir pasti menyesatkan dan
berkontradiksi dengan kebenaran Firman Tuhan. Pergerakan dunia telah di topang
oleh ekonom-ekonom non-kristen. Bahkan ateis. Dan kita tidak sadar, bahwa kita
sedang berada di bawah pengaruh dan teori yang mereka anut. Bila kita tidak mau
belajar tentang apa itu kebenaran Tuhan Allah, lalu mencoba berkecimpung dalam
realita ekonomi, barang tentu kita akan kehilangan iman kita! Ini sangat serius!
Satu
dari dua spirit zaman yang begitu bobrok dan tidak akan punah sampai Kristus datang adalah Ekonomi,
yang satunya lagi adalah Psikology (anak tiri dari Filsafat). Namun saya belum
akan membahas mengenai Psikologi.
Ekonomi
meneriakkan slogan “kepentingan bersama” yang berakhir pada “kepentingan saya.”
Betapa ilmu ekonomi sungguh-sungguh dipakai iblis untuk menjadi alat bantu
pengerusakan zaman dalam menelurkan semangat manipulasi dan berdusta. Adakah manipulator
yang lebih canggih ketimbang seorang yang mengaku diri pahlawan, tapi tenyata
adalah musuh yang busuk dan mematikan? Jikalau seseorang mengaku bahwa dia
adalah teman kita, namun kemudian dia menusuk dari belakang, apakah orang ini
pantas disebut teman? Atau lebih pantas disebut pendusta dan seorang yang
licik? Ekonomi telah menjadi seorang teman yang menusuk dari belakang kepada
mereka yang menganut teori tersebut.
Dari
beratus-ratus ekonom yang saya lihat, saya menemuklan seorang ekonom
berkebangsaan Swiss (suatu bangsa yang sangat dipengaruhi oleh para
Reformator), dia bernama Simonde de Sismondi. Apakah Teori yang dia keluarkan? Apakah
telah mewakili kekristenan secara murni?
Sismondi
meneriakkan kesejahteraan umum sejujur-jujurnya. Namun toh, teorinya belum
dapat dikatakan sebagai mewakili study Kristen yang sungguh terhadap disiplin
ekonomi. Kesejahteraan umun bukanlah tujuan Final dalam iman Kristen. Walau goal
ini telah diunggulkan oleh para pemikir yang handal. Kesejahteraan umum adalah utopia yang saya rasa tidak akan terjadi dalam
kehidupan di bumi ini. Kecuali saat Kristus datang kali berikutnya. Kesejahteraan
umum telah menjadi goal para ekonom “suci” yang memikirkan hati nurani dalam berperilaku
ekonomi. Namun tujuan mereka bukanlah tujuan yang Tuhan mau kita setting dalam hati kita. Kita diperintahkan
Tuhan untuk melakukan segala sesuatunya “bagi Tuhan dan bukan bagi sesama.” Maka
concern kita jangan terjebak pada
akibat logis praktis pada masyarakat. Concern
kita adalah pada hati yang mencari perkenanan Tuhan di dalam “menjadi serupa
dengan Kristus.” Mungkinkah ekonom-ekonom semakin mirip dengan Kristus? Mungkin!
Lalu apa tujuan menjadi serupa Dia dalam ekonomi? Tujuannya adalah: agar
namaNya dimuliakan di dalam bidang yang sedang kita bicarakan, gumulkan, dan
lakukan yaitu ekonomi. Siapa yang makhluk ekonomi lihat saat berinteraksi? Kita
(sesama pemikir dan pelaku ekonomi). Siapa yang mereka puji dan muliakan? Tuhan
yang mencipta kita! Bila orang Kristen telah mencapai standar ini dalam
berperilaku ekonomi, maka Kristus akan semakin dimuliakan di tengah-tengah angkatan
yang bengkok dan jahat ini.
Saya
akan membagi sedikit pemikiran Sismondi dalam kaitannya dengan ekonomi:
Simonde de Sismondi (Ekonom Jenewa, Swiss, 1773-1842)
· 1. Menulis
buku New Principles of Political Economy (1819),
Bagian pertama berbicara tentang masalah overproduksi dan rendahnya kemampuan
konsumsi. Dia mengatakan bahwa semua kegiatan produksi tidak selalu proposional
dengan permintaan konsumen. Jika konsumen tidak lagi memiliki kemampuan untuk
membeli , maka terjadilah overproduksi (M D, hal 99).
· 2. Menurut
Sismondi, ekonomi tidaklah dibangun dengan pendekatan matematik melainkan
dibangun di atas study tentang manusia dan masyarakat. Ekonomi bukanlah suatu
ilmu matematis, melainkan suatu ilmu moral, ilmu yang bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan manusia. (M D hal 100). Maka definisi ekonomi menurut Sismondi adalah
suatu manajemen untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua orang. Ekonomi harus
menciptakan kebahagian bagi manusia.
· 3. Sismondi
mengkritik teori yang menyatakan bahwa barang haruslah diproduksi sebanyak
mungkin dengan “harga semurah mungkin.” Karena bila harga barang menjadi murah,
maka yang dikorbankan adalah kepentingan para pekerja. Ini adalah suatu ironi.
· 4. Teori
Sismondi dikembangkan oleh John A. Hobson (1859-1942). Hobson berargumen bahwa:
Indikator kesejahteraan social bukanlah diukur dengan uang, melainkan dengan
suatu standar yang harus manusiawi. Karena apa gunanya pendapatan suatu Negara
bertambah 13 kali lipat dari sebelumnya namun pendapatan itu didapat dari hasil
perdagangan obat-obat terlarang dan perdagangan senjata.
·
Hobson
mengatakan bahwa ekonomi sebagai ilmu, harus tunduk pada nilai atau etika. (M D,
hal 104).
· 5. Teori
Sismondi dan Hobson sebenarnya sudah lama dikemukakan oleh tradisi pemikiran
filsuf Yunani (Plato, Aristoteles) dan
Thomas Aquinas, yaitu: seluruh warga Negara hendaknya terlibat didalam nasib
yang sama, baik untung maupun malang.
·
Sismondi
dipengaruhi oleh Adam Smith dalam hal: kesadaran bahwa pasar bebas harus
dipengaruhi oleh konsep moral. Adam Smith mengkritik praktek ekonomi pasar yang
pada nyatanya berlaku pada saat ini.
Kiranya kita dapat membangun suatu
kubu bersama untuk meneriakkan arah dan spirit Perekonomian bagi Nama Tuhan
boleh dimuliakan. Amin.