Minggu, 29 April 2012

Ekonom Jenewa, Swiss


Pergerakan zaman kita pada saat ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang berkecimpung dalam pusaran konsep ekonomi. Ekonomi telah menjadi illah baru dalam abad ini, berdampingan dengan spirit New Ages dan Post Modern Era. Kaum spiritualis mengkonsentrasikan pikiran mereka pada gerakan Zaman Baru yang sebetulnya sama sekali tidaklah baru, sedangkan kaum praktikal lebih memilih memikirkan keuntungan apa yang dapat mereka peroleh dari disiplin ilmu yang mereka geluti. Sangatlah fatal apabila disiplin ilmu menjadi “budak” dari spirit “cinta uang.” Maka semua teori dicetuskan dan digerakkan dengan suatu motivasi: apakah pemikiran ini akan menghasilkan kekayan bagi saya atau tidak. Bila “iya” maka apapun caranya akan saya lakukan walau itu harus menjual Yesus. Bila tidak menguntungkan, lebih baik saya mencari cara lain dimana mayoritas berkumpul dan membuang uang mereka untuk suatu hal. Dan saya akan mencipta “hal” itu.” Ini bukanlah spirit orang kriten. Ini adalah cara pandang dunia untuk mengejar kekayaan.
            Orang Kristen harusnya memiliki suatu ketajaman dalam menganalisa zaman dan gerakan. Bila orang Kristen tenggelam di dalam arus yang menyesatkan, maka siapakah yang rela berdiri menyatakan kebenaran yang sesungguhnya?
            Teori ekonomi telah dipelopori oleh orang-orang yang bukannya bodoh dalam berlogika. Mereka memiliki teori yang mungkin mengagumkan. Namun hampir pasti menyesatkan dan berkontradiksi dengan kebenaran Firman Tuhan. Pergerakan dunia telah di topang oleh ekonom-ekonom non-kristen. Bahkan ateis. Dan kita tidak sadar, bahwa kita sedang berada di bawah pengaruh dan teori yang mereka anut. Bila kita tidak mau belajar tentang apa itu kebenaran Tuhan Allah, lalu mencoba berkecimpung dalam realita ekonomi, barang tentu kita akan kehilangan iman kita! Ini sangat serius!
            Satu dari dua spirit zaman yang begitu bobrok dan  tidak akan punah sampai Kristus datang adalah Ekonomi, yang satunya lagi adalah Psikology (anak tiri dari Filsafat). Namun saya belum akan membahas mengenai Psikologi.
            Ekonomi meneriakkan slogan “kepentingan bersama” yang berakhir pada “kepentingan saya.” Betapa ilmu ekonomi sungguh-sungguh dipakai iblis untuk menjadi alat bantu pengerusakan zaman dalam menelurkan semangat manipulasi dan berdusta. Adakah manipulator yang lebih canggih ketimbang seorang yang mengaku diri pahlawan, tapi tenyata adalah musuh yang busuk dan mematikan? Jikalau seseorang mengaku bahwa dia adalah teman kita, namun kemudian dia menusuk dari belakang, apakah orang ini pantas disebut teman? Atau lebih pantas disebut pendusta dan seorang yang licik? Ekonomi telah menjadi seorang teman yang menusuk dari belakang kepada mereka yang menganut teori tersebut.
            Dari beratus-ratus ekonom yang saya lihat, saya menemuklan seorang ekonom berkebangsaan Swiss (suatu bangsa yang sangat dipengaruhi oleh para Reformator), dia bernama Simonde de Sismondi. Apakah Teori yang dia keluarkan? Apakah telah mewakili kekristenan secara murni?
            Sismondi meneriakkan kesejahteraan umum sejujur-jujurnya. Namun toh, teorinya belum dapat dikatakan sebagai mewakili study Kristen yang sungguh terhadap disiplin ekonomi. Kesejahteraan umun bukanlah tujuan Final dalam iman Kristen. Walau goal ini telah diunggulkan oleh para pemikir yang handal. Kesejahteraan umum adalah utopia  yang saya rasa tidak akan terjadi dalam kehidupan di bumi ini. Kecuali saat Kristus datang kali berikutnya. Kesejahteraan umum telah menjadi goal para ekonom “suci” yang memikirkan hati nurani dalam berperilaku ekonomi. Namun tujuan mereka bukanlah tujuan yang Tuhan mau kita setting dalam hati kita. Kita diperintahkan Tuhan untuk melakukan segala sesuatunya “bagi Tuhan dan bukan bagi sesama.” Maka concern kita jangan terjebak pada akibat logis praktis pada masyarakat. Concern kita adalah pada hati yang mencari perkenanan Tuhan di dalam “menjadi serupa dengan Kristus.” Mungkinkah ekonom-ekonom semakin mirip dengan Kristus? Mungkin! Lalu apa tujuan menjadi serupa Dia dalam ekonomi? Tujuannya adalah: agar namaNya dimuliakan di dalam bidang yang sedang kita bicarakan, gumulkan, dan lakukan yaitu ekonomi. Siapa yang makhluk ekonomi lihat saat berinteraksi? Kita (sesama pemikir dan pelaku ekonomi). Siapa yang mereka puji dan muliakan? Tuhan yang mencipta kita! Bila orang Kristen telah mencapai standar ini dalam berperilaku ekonomi, maka Kristus akan semakin dimuliakan di tengah-tengah angkatan yang bengkok dan jahat ini.

            Saya akan membagi sedikit pemikiran Sismondi dalam kaitannya dengan ekonomi:
Simonde de Sismondi (Ekonom Jenewa, Swiss, 1773-1842)
·         1. Menulis buku New Principles of Political Economy (1819), Bagian pertama berbicara tentang masalah overproduksi dan rendahnya kemampuan konsumsi. Dia mengatakan bahwa semua kegiatan produksi tidak selalu proposional dengan permintaan konsumen. Jika konsumen tidak lagi memiliki kemampuan untuk membeli , maka terjadilah overproduksi (M D, hal 99).
·         2. Menurut Sismondi, ekonomi tidaklah dibangun dengan pendekatan matematik melainkan dibangun di atas study tentang manusia dan masyarakat. Ekonomi bukanlah suatu ilmu matematis,  melainkan suatu ilmu moral, ilmu yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan manusia. (M D hal 100).  Maka definisi ekonomi menurut Sismondi adalah suatu manajemen untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua orang. Ekonomi harus menciptakan kebahagian bagi manusia.
·         3. Sismondi mengkritik teori yang menyatakan bahwa barang haruslah diproduksi sebanyak mungkin dengan “harga semurah mungkin.” Karena bila harga barang menjadi murah, maka yang dikorbankan adalah kepentingan para pekerja. Ini adalah suatu ironi.
·         4. Teori Sismondi dikembangkan oleh John A. Hobson (1859-1942). Hobson berargumen bahwa: Indikator kesejahteraan social bukanlah diukur dengan uang, melainkan dengan suatu standar yang harus manusiawi. Karena apa gunanya pendapatan suatu Negara bertambah 13 kali lipat dari sebelumnya namun pendapatan itu didapat dari hasil perdagangan obat-obat terlarang dan perdagangan senjata.
·         Hobson mengatakan bahwa ekonomi sebagai ilmu, harus tunduk pada nilai atau etika. (M D, hal 104).
·         5. Teori Sismondi dan Hobson sebenarnya sudah lama dikemukakan oleh tradisi pemikiran filsuf Yunani  (Plato, Aristoteles) dan Thomas Aquinas, yaitu: seluruh warga Negara hendaknya terlibat didalam nasib yang sama, baik untung maupun malang.
·         Sismondi dipengaruhi oleh Adam Smith dalam hal: kesadaran bahwa pasar bebas harus dipengaruhi oleh konsep moral. Adam Smith mengkritik praktek ekonomi pasar yang pada nyatanya berlaku pada saat ini.

Kiranya kita dapat membangun suatu kubu bersama untuk meneriakkan arah dan spirit Perekonomian bagi Nama Tuhan boleh dimuliakan. Amin.

Face the Battle


One Night Before Face the Battle                                                                    Semarang Timur, 26 April 2012

Adakah pekik peperangan itu telah tiba? Adakah sangkakala tanda perang sudah dimulai, telah disuarakan?
Mengapakah engkau gelisah hai jiwaku? Tidak! Aku bukan gelisah karena besok akan berperang. Tetapi aku gelisah karena harus ada malam-malam dimana aku harus menunggu perang itu dimulai!
Seolah-olah bunyi kereta kuda sudah terdengar... Dan lengkingan kuda-kuda perang sudah bersaut-sautan... Padahal kuda-kuda masih tertidur. Dan kereta-kereta perang masih berselimut. Namun hatiku belum mengijinkan aku tertidur. Ia menanya padaku, "Sudahkah sepatumu kau siapkan dengan baik? Sudahkah senjatamu kau letakkan disampingmu? Sudahkan rompi bajamu kau letakkan dekat denganmu? Sehingga kapanpun terompet dibunyikan, kau bisa segera berlari menghampiri peperangan!" Aku terbaring sambil memeluk senjata di dadaku... Berharap pagi segera datang.

"Tuhan... Tuhan... Kasihanilah anak-anakMu... Temuilah mereka satu-persatu malam ini. Mereka yang akan mendengarkan SuaraMu besok, tangkaplah hati mereka ya Tuhan. Untuk Kau boleh simpan dan hidupkan oleh InjilMu... Ya... Hanya oleh Injil dan DarahMu saja, mereka siap dihidupkan kembali..."

Dari:
Kami yang berperang melawan kuasa kematian / maut.

Senin, 23 April 2012

Panggilan Hidup dan Kegelisahan

Siapa bilang: gelisah itu tidak perlu? Siapa bilang: orang yang gelisah adalah orang yang belum mapan? Siapa bilang: gelisah tak seharusnya terjadi dalam diri orang kristen? Justru orang yang tidak pernah gelisah tidak akan mengerjakan pekerjaan Tuhan! Justru orang yang selalu aman, tenang dan damai akan sangat sulit untuk diakai oleh Tuhan!
Saya tidak mengatakan bahwa orang yang Phlegmatik akan sulit dipakai Tuhan, tetapi seringkali Tuhan justru memakai mereka yang memiliki hati yang gelisah! Siapakah Martin Luther? Siapakah Augustinus? Siapakah Stephen Tong? Mereka adalah orang yang gelisah bagi pekerjaan Tuhan.
Apakah anda memiliki kegelisahan akan pekerjaan Tuhan? atau apakah anda hanya gelisah bila status quo anda diganggu?
Bekerjalah dalam kegelisahan yang suci! Gelisahkanlah hati yang tidak pernah gelisah bagi Tuhan! Karena seringkali dimana gelisah mu, disitulah panggilan hidupmu!
Engkau ingin mengetahui apa panggilan hidupmu? Tanyalah pada dirimu: dalam hal / aspek apakah aku gelisah (tidak rela / tidak terima) bila kebenaran Tuhan dipermainkan? Kiranya Tuhan menjawab pergumulan hidup saudara. Soli Deo Gloria.

Masa Muda dan Panggilan Hidup


Seorang muda harus mengerti apa panggilan hidupnya. Sangat disayangkan apabila seorang pemuda mengetahui siapa wanita yang harus ia cintai tetapi ia tidak mengetahui apa panggilan hidup pribadinya. Panggilan hidup sedemikian pentingnya sehingga tidak seharusnya seorang pria mencari pasangan hidup bila ia belum menemukan apa panggilan hidupnya.
Masa muda bukanlah masa dimana kita hanya perlu mencari “siapa yang akan kupilih untuk menjadi pasanganku.” Tetapi masa muda adalah saat dimana engkau harus memikirkan arti hidupmu. Betapa kasihannya seorang muda yang berpenampilan menarik, ganteng, borjuis, wangi, tetapi tidak pernah menangisi arti hidupnya. Orang yang tidak pernah menangisi makna hidupnya hanya akan ditangsi oleh orang lain, pertama-tama oleh orang tuanya (bila orang tuanya beres), kemudian kalayak ramai akan menangisi dia untuk kemudian menertawakan dia.
Masa muda bukanlah masa untuk bersenan-senang! Masa muda adalah masa untuk engkau menemukan siapa dirimu! Siapakah dirimu? Apakah engkau sudah mengenal dirimu? Apakah engkau mengerti apa arti hidupmu? Apakah engu tahu mengapa Tuhan mencipta engkau dan menempatkan engkau disini?
Mengetahui apa panggilan Tuhan bagi hidupmu adalah lebih utama dan lebih dahulu sebelum engkau mencari pasangan hidup. Bila engkau memberlakukan rumus ini secara terbalik, engkau hanya akan menemukan pasangan yang salah yang nantinya tidak akan pernah mendukung engkau di dalam mandat yang Tuhan percayakan kepadamu! Panggilan hidup bukanlah : apa yang kau senangi untuk kau lakukan! Justru panggilan hidup adalah: apa yang tidak kau senangi untuk kau lakukan namun engkau tahu bahwa Tuhan menginginkan saudara untuk melakukan hal itu.
Kiranya Tuhan menuntun hidup saudara semakin rindu memikirkan kehendak Tuhan dan menjalankannya dalam kehidupan anda. Immanuel.

Jumat, 23 Maret 2012

Kekudusan

Luke 18:9-14 
9 And he spake this parable unto certain which trusted in themselves that they were righteous, and despised others:
10  Two men went up into the temple to pray; the one a Pharisee, and the other a publican.
11  The Pharisee stood and prayed thus with himself, God, I thank thee, that I am not as other men are, extortioners, unjust, adulterers, or even as this publican.
12  I fast twice in the week, I give tithes of all that I possess.
13  And the publican, standing afar off, would not lift up so much as his eyes unto heaven, but smote upon his breast, saying, God be merciful to me a sinner.
14  I tell you, this man went down to his house justified rather than the other: for every one that exalteth himself shall be abased; and he that humbleth himself shall be exalted.

Lukas 18:9-14
9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
10  "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
11  Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
12  aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
13  Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
14  Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

            6 Ayat ini berbicara mengenai kekudusan, yang mewakili orang Kristen dan orang berdosa. Ayat ini sudah sangat familier di telinga orang-orang Kristen, bahkan sudah akrab sejak kita masih duduk di sekolah minggu. Dimana setelah kita mendengar renungan terhadap Firman ini, kemudian kita akan dengan serta merta berpikir bahwa adalah bahaya bila kita berdoa dengan menyombongkan diri seperti orang Farisi tersebut. Tetapi ayat ini bukanlah secara khusus mau berbicara mengenai doa. Ayat ini mau menyoroti dengan lebih tajam tentang keadaan hati dari orang Farisi dan orang berdosa tersebut.
            Siapakah yang mampu mengalahkan segala ritual orang Farisi? Siapakah yang dapat mengalahkan sikap hormat mereka dalam beribadah? Bahkan untuk menulis kata “Allah” saja mereka harus sangat berhati-hati, mencuci tangan sebersih mungkin, dan tidak berani secara terang-terangan menyebut nama Tuhan. Bukankah sikap seperti ini yang dikehendaki dan diajarkan oleh Tuhan Yesus? Yaitu “Menghormati Tuhan dengan takut dan gentar.” Namun sangat disayangkan, ritual yang mereka agungkan, sedang mereka agungkan tanpa mengagungkan Tuhan sendiri.
            Kekudusan…
            Apakah sebenarnya definisi kekudusan itu?
            Bagaimana kita sebagai orang Kristen mengusahakan agar diri kita kudus dan tak bercacat?
            Apakah Allah memang menghendaki untuk kita menjadi kudus?
            Bila Allah memang menghendaki, dengan cara bagaimana?
            Allah menghendaki kita kudus? Ya! Allah membenci dan berduka bila orang Kristen melakukan perbuatan berdosa? Ya! Apakah dengan bertindak dengan kudus, seorang Kristen mendapatkan perkenanan Tuhan? TIDAK!
            Tuhan tidak pernah menjadi lebih berkenan kepada anakNya karena anakNya telah mengusahakan kekudusannya dengan banyak cara. Tuhan berkenan kepada anak-anakNya hanya karena Ia melihat kekudusan Yesus Kristus yang “dipakaikan” kepada anak-anakNya. Allah bukan berkenan karena kita semakin kudus, tetapi Allah berkenan karena kita telah berada di dalam Yesus Kristus yang telah terus-menerus menguduskan kita.
            Saya berharap saudara tidak salah mengerti, kemudian menganggap bahwa kita bisa seenaknya berbuat dosa dan menghina Allah. Bukan! Itu bukan isi dari apa yang saya tulis.
            Yang berpikir bahwa dirinya telah menjadi kudus dan bersih dari segala kesalahan adalah sebenarnya orang yang sangat penuh dengan pelanggaran. Dan orang yang semakin merasa bahwa dirinya adalah orang berdosa, adalah sebenarnya umat yang kudus! Ini adalah  salah satu paradox dalam iman kristen.
            Yang menganggap diri kudus, sebenarnya sedang menghina Allah. Yang menganggap dan sadar bahwa diri sendiri adalah seorang berdosa sedang memuliakan Dia.
            Saya lebih setuju untuk mengganti kata “kekudusan” dengan kata “mematikan dosa” Istilah: “Berjuang untuk hidup kudus”, bisa disalahartikan dan berdampak buruk sekali kepada mereka yang belum bertumbuh secara matang di dalam Tuhan! Namun istilah: “mematikan dosa” adalah istilah yang selalu membawa kita kepada pengudusan yang sejati.
            Meminjam kalimat Agustinus, “Siapakah orang kudus itu? Yaitu mereka yang sangat peka terhadap dosa-dosa yang sangat kecil!”
            Kiranya artikel singkat ini menjadi berkat bagi kita sekalian. Amin.

Selasa, 20 Maret 2012

Hidup dan Pembelajaran

Orang Kristen adalah kaum yang diberkati. Mereka adalah pewaris janji-janji Allah baik berupa janji keselamatan, penyertaan, kerohanian, dan materi. Namun disayangkan, banyak dari kita lebih menyenangi hal-hal yang bersifat materi dari pada menyenangi hal-hal yang kekal. Kita hidup dengan terus berorientasi pada hasil apa yang saya dapatkan ketika telah mengerjakan sesuatu. Tak heran anak-anak usia sekolah telah ddilatih dan dididik bagaimana agar sedini mungkin mereka dapat menghasilkan uang sendiri. Mereka diajarkan bagaimana memilih jurusan yang tepat nantinya agar memudahkan mereka untuk mencari pekerjaan dan memudahkan mereka untuk mendapatkan uang dan menjadi kaya. Ini adalah kecelakaan besar dalam pendidikan kita zaman ini.
Bukan hanya kita orang tua dicuci otak oleh konsep dunia berdosa tetapi kita juga menjadi pendukung dan pelaksana program manusia yang pada dasarnya tidak mau kembali kepada Firman Tuhan.
Yang jadi masalah bukanlah apakah orang kristen boleh kaya atau tidak. Tetapi yang jadi masalah adalah apakah yang menjadi motivasi penggerak seseorang untuk hidup, bersekolah, dan bekerja.
Alkitab telah berulang-ulang menekankan bahwa bukan harta yang menjadi prioritas utama dalam hidup manusia. Bahkan bukan pintar yang menjadi prioritas dalam mengejar pendidikan. Alkitab mengajar kita untuk senantiasa mengingat dan mengaplikasikan prinsip kebenaran yang telah Tuhan wahyukan.
Belajar bukanlah untuk menjadi pintar lalu kemudian bisa bekerja dan kemudian bisa menjadi kaya. Belajar adalah suatu panggilan orang kristen disepanjang hidup mereka. Bukan sekedar untuk menambah knowledge, sehingga kita lebih unggul dari yang lain. Tetapi untuk memperlengkapi diri sedemikian rupa sehingga melalui proses pembelajaran itu kita dapat bekerja bagi Tuhan dan kebenaranNya.
Kita harusnya memang menggumulkan apa yang Tuhan percayakan untuk kita pelajari bidang-bidang study yang Tuhan telah berikan. sehingga setiap bidang study boleh diuji, disaring, dikritisi di bawah kebenaran Firman Tuhan.
Kiranya kita mulai memikirkan hidup, pembelajaran, dan pekerjaan sesuai dengan panggilan yang Ia berikan kepada orang percaya. Amin.

Jumat, 16 Maret 2012

Sorga dan Neraka I

Janganlah kita sebagai orang Kristen sampai bertanya, “Sorga ada dimana?” Sebenarnya ini pertanyaan yang sah-sah saja ditanyakan oleh orang Kristen awam. Apalagi mereka yang masih berusia 6 sampai 15 tahun, mungkin sangat ingin mengetahui hal-hal seperti ini. Namun bagi orang Kristen yang telah mengikut Tuhan berpuluh-puluh tahun, bila masih menanyakan hal seperti ini, seharusnya mengkoreksi diri, “Apakah aku telah benar-benar mengikut Dia, mencintai Dia, mengenal Dia dalam hidup ku sepanjang ini?” Bila kita telah benar-benar mencintai Dia, pastilah kita rajin mempelajari Alkitab yang adalah Firman Tuhan 100%. Dan bila kita memang rajin mempelajari alkitab, pastilah kita telah menemukan jawaban terhadap pertanyaan ini, lama sebelum kita “berjalan” bersama Dia berpuluh-puluh tahun.
                Adanya pertanyaan ini di benak orang Kristen sebenarnya sedang membuktikan kemerosotan iman atau pemahaman atau pengenalan akan Firman Tuhan.
                “Sorga ada dimana?” Di atas bumi? Atau di bawah bumi? Atau di sebelah mana?
                Saudara, yang penting bukanlah kita mengetahui sorga ada dimana sehingga saat kita mati kita tahu jalan kesana. Tapi yang penting adalah kita mengetahui siapa yang mencipta sorga dan siapa penunjuk jalan kesana. Ini yang teramat sangat penting. Percuma bila kita mengetahui sorga ada dimana, tetapi kita tidak mengenal siapa yang mencipta sorga dan siapa yang memberipetunjuk jalan kesana. Dan bila kita telah mengetahui siapa yang mencipta sorga dan siapa penunjuk jalannya, maka kita tidak perlu kuatir “ada dimana sorga itu.”
                “Sorga ada dimana?” adalah anak dari pertanyaan, “Tuhan ada dimana?” Yang penting bukan sorganya! Tetapi Tuhannya. Sorga tanpa Tuhan adalah neraka! Ini berarti Sorga baru bisa disebut sebagai sorga jika dan hanya jika Tuhan bertahta disana. Maka keberadaan Tuhanlah yang menyebabkan adanya keberadaan sorga.
                “Tuhan ada dimana” adalah anak dari pertanyaan, “Tuhan itu sebenarnya siapa.” Adalah lebih penting mengetahui Tuhan itu siapa, daripada Tuhan itu ada dimana. Bila kita telah mengetahui Tuhan itu siapa, kita akan secara otomatis mengetahui Tuhan “suka” berada dimana dan Tuhan “tidak suka berada dimana.”
                Demikian juga: Tuhan adalah pencipta “dimana.” Artinya Ia yang menyebabkan keberadaan bisa berada. Artinya Ia adalah pencipta “tempat.” Maka tidak jadi soal tempatnya ada dimana, yang jadi soal adalah siapa Tuan yang tinggal di tempat itu. Bila kita akan berkunjung ke suatu rumah yang mewah luar biasa, mirip istana, tetapi tuan rumahnya adalah pemakan manusia, pasti kita tidak jadi berkunjung ke rumah tersebut. Tetapi bila kita akan berkunjung ke suatu rumah gubuk, namun kita mengetahui tuan rumahnya sangat ramah, baik hati, orang yang bermoral tinggi, pasti kita akan dengan senang hati berkunjung kesana. Demikian halnya dengan Tuhan dan sorga. Yang penting bukanlah sorganya, tetapi Tuhannya.
                Maka, definisi sorga adalah: tempat dimana Tuhan berada. Otomatis, definisi neraka adalah tempat dimana Tuhan tidak berada.
                Disinilah keadilah Tuhan kita, Yesus Kristus. Ia mempersilahkan masuk mereka yang mencintai Dia untuk masuk ke sorga dan mempersilahkan masuk ke neraka bagi mereka yang membenci Dia.