Sabtu, 04 Juli 2009

Glory to God in the Highest

There were shepherds abiding in the field, keeping watch over their flock by night. And lo, the angel of the Lord came upon them: and the glory of the Lord shone round about them: and they were sore afraid. And the angel said unto them, Fear not: for behold, I bring you good tidings of great joy, which shall be to all people. For unto you is born this day in the city of David, a Savior, which is Christ the Lord. And suddenly there was with the angel a multitude of the heavenly host, praising God, and saying:
(Luke 2:8-11, 13)

Glory to God in the highest,
and peace on earth, good will toward men. (Luke 2:14)


Inilah koor yang begitu mulia yang diciptakan oleh George Frideric Handel, yang menggambarkan kegemparan bala tentara Sorga yang sedang memuji Allah, dikontraskan dengan babak sebelumnya yang menyajikan suasana teramat damai yang sedang dialami oleh para gembala domba.
Ketika itu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin. Dan ia meletakkan bayinya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di suatu daerah yang tenang di padang, para gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di waktu malam. Gembala-gembala ini adalah kaum yang miskin, kotor, dan diremehkan oleh banyak orang. Karena mereka adalah kaum pinggiran yang tidaklah terpelajar.
Namun di tengah keheningan malam, yang hanya ada suara domba memakan rumput, dan suara angin yang meniup rerumputan. Dengan tiba-tiba, malaikat muncul di tengah-tengah mereka. Gembala-gembala kaget sekali, muka mereka menjadi pucat luar biasa, dan gemetaran. Karena mereka bertemu dengan malaikat sorga, suatu bentuk makhluk yang berbeda dari manusia, dan membawa kemuliaan yang menawan! Kemuliaan itu bukan berasal dari diri malaikat itu sendiri, tapi dari Kemuliaan Tuhan yang terpancar langsung melalui dia. Terlalu besarnya kemuliaan itu, sampai terpancar dan membanjiri mereka para gembala!
Gembala-gembala menjadi lemas dan ketakutan, tapi Terpujilah Allah, karena ketika manusia takut, ketika itu juga keluar kalimat yang menenangkan: 'jangan takut..!' 'Mengapakah manusia harus menjadi takut, saat mereka harusnya bersukacita luar biasa!' Mereka harusnya bersukacita, karena Juruslamat itu telah dilahirkan di kota Daud.
Langsung keagungan menampakkan dirinya bersama bala tentara Sorga yang bersorak, "Glory to God in the Highest, and peace on earth..."
Nada ini begitu kontras sekali. Saat diteriakkan Glory to God, nadanya naik menjadi tinggi dan ditekan. Tapi ketika disebut and peace on earth, nadanya menjadi turun dan rendah tanpa ditekan. Ini menggambarkan kebenaran yang dasyat! Handel tidaklah sembarangan menulis lagu, ia tahu benar apa yang mau ia sampaikan. Ini adalah berarti Kemuliaan Allah itu begitu besar dan tinggi luar biasa, sedangkan bumi hampirlah kehilangan kemuliaannya, sehingga cukuplah bila di bumi ini hanya mengalami peace yang menenangkan saja...
Di bumi, tenang, sudahlah cukup! Di Sorga bersorak memuji Kemuliaan Tuhan serasa belum cukup juga. Kalau pujian di Sorga mencapai kata cukup, maka berhentilah pujian dan sembah dari makhluk sorga. Tapi tidak demikian keadaannya! Memuji dan menyembah Tuhan di Sorga serasa tidak cukup-cukup, karena Tuhan terlalu mulia dan suci. Saat aku tunduk menyembah Tuhan, aku mengagumi Dia satu hal. Ketika aku menatap wajahNya lagi, aku kagum dua hal, aku tunduk dan menyembah lagi. Demikian seterusnya tanpa bosan!
Sehingga di Sorga, orang bukannya sibuk main golf, atau berenang, atau mengerjakan hobby dan kesenangannya, seperti yang dipercaya orang kristen yang tidak belajar Firman! Tapi di Sana, kita dipuaskan saat menyembah Dia. Semakin intim, semakin sukacita itu berluap-luap tidak habis... Tapi di bumi ini cukuplah bila mencapai damai yang tenang saja...
Pujian ini memiliki keunikan dalam jumlah kata dan durasinya! Ketika lagu ini melantunkan kisah gembala di padang, ia memakai kurang lebih 99 kata dalam waktu 1 menit 23 detik. Tetapi ketika mau mengungkapkan Kemuliaan Allah, dibutuhkan 1 menit 37 detik untuk menyampaikan 14 kata saja! Aneh bukan? 99 kata untuk waktu yang lebih singkat dan tenang. Dan 14 kata untuk waktu yang lebih lama dan menggetarkan. Inilah suasana Sorga!
Betapa kita dibuat iri oleh pengalaman para gembala tadi. Mereka bukanlah orang yang hebat, penting dan besar! Tapi dipentingkan oleh Tuhan Allah. Yang rendah ditengok dari Sorga, yang tinggi-tinggi direndahkan. Sorak pujian bala tentara Sorga yang indah itu tidak ditampilkan di theater para bangsawan dan raja yang mewah dan megah. Tapi di theater padang, yang dibumbui dengan latar domba-domba yang makan rumput! Bukan kepada orang-orang penting, tapi kepada orang-orang remeh! Inilah uniknya Tuhan kita. Tapi Ia tidak salah pilih. Karena bila raja-raja yang melihat koor agung tsb, mungkin mereka hanya akan bertepuk tangan sambil mengunyah kismis di mulut mereka. Tapi gembala-gembala tadi sangat berbeda. Setelah koor selesai dipentaskan, mereka lari cepat-cepat untuk menemui Sang Juruslamat. Sungguh menakjubkan, Allah kita tidak salah pilih.
Ia adalah Allah yang tidak akan pernah salah pilih! Dan Ia tidak akan pernah salah waktu! Ketika tiba harinya seorang harus mendengar berita Damai itu, orang itupun harus berbalik dari dosa dan kejahatannya, kembali kepada Pencipta dan Penebusnya. Terpujilah Tuhan Allah, Perantara kita, yang mendamaikan kita manusia di bumi dengan Bapa di Sorga. Amin.

By: Windra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar