Jumat, 07 Januari 2011

Kebenaran yang Menggelisahkan

Seorang pengkhotbah tidak akan mampu menyampaikan kebenaran kepada audiens bila ia sendiri tak bersenjatakan kebenaran. Kebenaran adalah senjata pamungkas yang bisa mengubahkan manusia. Kebenaran itu adalah dari Tuhan yang adalah pencipta segala kebenaran. DiriNya dipenuhi dan diliputi kebenaran. Terlalu penuh sehingga kekudusan Allah tak terhampiri oleh manusia. Manusia dicipta di dalam kebenaran dan kebaikan, namun manusia pertama itu dengan sengaja mengabaikan kebenaran, demi mengagumi kebenaran palsu yang kelihatannya lebih benar. Iblis menawarkan suatu kebenaran palsu, dimana Adam akan menjadi penuh dengan kebenaran bahkan boleh melampau Allah yang mencipta dia dalam kebenaran. Adam tergoda untuk menjadi makhluk yang lebih benar, lebih sempurna, lebih superior dari apa yang telah ada padanya. Seolah Allah mencipta belum baik, belum sempurna, dan belum benar. Sungguh motivasi yang baik bukan, untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sempurna, hebat, menawan dan seterusnya? Namun yang menjadi kegagalan bukanlah keinginan untuk itu. Ingin baik dan semakin benar tidak salah. Tetapi ketika keinginan itu disertai sikap yang mencurigai Allah, maka semuanya akan menjadi sikap pemberontakan yang keji terhadap Dia. Tidak mempercayai Allah, curiga kepadaNya adalah sikap berdosa yang akan membawa manusia memasuki kereta neraka, untuk dikunci dan di bawa dalam perjalanan yang menghancurkan dan terkutuk!
Maka kesalahan pertama manusia adalah tidak mempercayai Tuhan, dan mencurigai Dia, kemudian menganggap perkataan makhluk asing dan menjijikkan itu lebih benar dari perkataan Allah Sang Maha Kudus. Dosa seperti ini tidak main-main. Dosa begini, ternyata menghasilkan pukulan seumur hidup bagi manusia, bahkan bagi generasi yang paling akhir dari seluruh ras manusia.
Allah itu kudus. Penuh sampai meluap-luap dengan kebenaran. Dalam diriNya tidak ada ketidakbenaran. Dialah Kebenaran Asali yang menghasilkan kebenaran. Manusia merusak harta itu. Kebenaran yang telah manusia terima dirusak, dipandang rendah, disisihkan, disingkirkan, lalu manusia memilih pilihan yang lain di luar kebenaran. Maka ketidakbenaran bukan datang dari Allah, tetapi dari kawasan ciptaan. Maka yang dicipta itulah yang dihukum, bukannya yang mencipta.
Sejak peristiwa terkutuk itu terjadi. Manusia tidak lagi penuh kebenaran. Mereka lebih dekat dan menyayangi tradisi setan. Untuk memberontak kepada Allah, dan menghina kebenaran. Sekarang yang berkuasa dalam diri manusia adalah pemberontakan dan segala sifat berdosa. Maka, dengan begini kebenaran adalah barang asing yang menyakitkan bagi mereka yang menemukannya. Kebenaran itu selalu mengusik, mengganggu, menggelisahkan, dan mencuri kebahagiaan yang mau manusia bangun. Kebenaran itu sekarang menggelisahkan kehidupan manusia. (bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar