Senin, 21 Maret 2011

Bisakah Allah murka? Benarkah Allah murka. sungguh di dalam hati saya, saya tidak menginginkan konsep Allah yang murka atau penuh dengn murka. Bila saudara mengerti mengapa Allah menjadi murka dan untuk kepentingan apa Ia perlu murka, mungkin anda akan menyesal menjadi seorang kristen. karena kita terlalu terbiasa mengenal Allah yang penuh kasih kepada manusia. tahukah saudara bahwa Allah sebenar-benarnya lebih mengasihi diriNya sendiri ketimbang ciptaanNya? baru satu pertanyaan ini saja sudah membuat keningmu mengkerut. bagaimana bila ternyata Allah yang saudara sembah adalah Allah yang keliru! Allah adalah Allah Alkitab, mengenal Dia hanya bisa melalui FirmanNya. pikiran yang tercanggih namun tanpa Firman hanya akan menghasilkan Allah yang palsu. Allah itu cukup pada diriNya sendiri, dan I a mencipta manusia bukan karena kurang bahagia, tetapi karena Ia terlampau penuh dengan sukacita, sampai sukacitaNya membuat Ia mau berbagi sukacita dengan sesuatu yang di luar diriNya, yaitu manusia. sebenarnya hal ini tidaklah wajib bagi Allah, namun Ia tetap memilih mencipta manusia agar NAMANYA SENDIRI semakin dimuliakan!
kita kembali kepada konsep Allah murka. Alkitab mencatat murka Allah berkali-kali, sehingga kita tak mampu berdalih dengan mengatakan bahwa Allah sebenarnya tidaklah murka. namun murka Allah sangat berbeda dengan murka manusia. manusia menjadi murka karena tersinggung, disakiti, dirugikan, dihina. tidak demikian dengan Allah. Allah kristen tidaklah reaktif. Ia tidak perlu bermuka merah terus-menerus menghadapi keberdosaan manusia, Ia hanya menetapkan hukum (semacam hukum alam) yang akan menghabisi manusia bila manusia pada nyatanya tidaklah bertobat. hukum tersebut taat kepada Allah. saya menyebutnya hukum konsekuensi. sebagai contoh: bila lampu merah lalu lintas menyala, anda harus berhenti. bila anda tetap tancap gas, anda akan bertabrakan dengan kendaraan lain. ini bukan hukuman dari Allah, tetapi ini adalah konsekuensi logis dari kesalahan yang anda buat. banyak hal Allah mencipta hal-hal sedemikian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar