Jumat, 25 Maret 2011

Berkenan kepada Allah 2

Bila memang Allah kristen adalah Allah yang bisa dan dapat dipenuhi oleh murka, pastilah Ia adalah Allah yang sungguh-sungguh menggentarkan manusia. Jauh di dalam hati saya, saya menginginkan Allah yang tidak perlu marah atau murka. Karena yang namanya “marah” itu dapat menimbulkan sakit hati dan sakit fisik yang teramat sangat. Apalagi yang marah adalah Tuhan yang mencipta langit dan bumi! Membayangkan kemarahanNya saja sudah membuat saya takut, ngeri, dan depress. Bila seorang kristen tidak takut Allah marah, saya ragu ia telah mengenal Allah yang sesungguhnya. Di dalam hati saya menginginkan Allah yang tidak pernah marah, namun di sedalam-dalamnya hati saya mengetahui bahwa Ia adalah Allah yang mempunyai emosi marah. Namun saya bersyukur, karena kemarahanNya sama sekali tak dapat disamakan dengan kemarahan manusia. Kemarahan Nya adalah kemarahan yang kudus dan “terpisah”! Nanti akan saya jelaskan apa yang saya maksud dengan “terpisah.”
Kemarahan manusia dipenuhi dengan segala muatan yang kotor, palsu, cacat, najis, (atau apapun yang dapat saudara tambahkan sendiri). Namun kemarahan Tuhan sungguh murni, mulia, suci, agung. Seorang ayah marah kepada anaknya yang melakukan kesalahan fatal, dan kemarahan itu menyatu langsung dengan kebencian terhadap pribadi sang anak. Tidak demikian Allah terhadap anak-anakNya. Ia “marah” pun sebenarnya “tidak marah” (karena saya menganggap kata “marah” yang digunakan dalam Alkitab harus dibedakan saat diterapkan bagi orang percaya dan orang tidak percaya). Kemarahan Tuhan kepada umatNya adalah kemarahan bermuatan penuh kasih! Marah yang sangat menyayangi. Marah yang penuh kasihan, kelembutan, dan perhatian yang bersih. Sehingga “marah” yang Ia tujukan kepada anakNya sebenarnya hanyalah berarti KASIH YANG INGIN MENDIDIK/ KASIH YANG INGIN MEMBENTUK, MENGUBAH, dan MENJADIKAN anak-anakNya SEMAKIN SERUPA dengan Kristus, Sang Sulung. Hal ini belum saya rasa dan lihat jelas dalam doktrin Reformed Injili sekalipun. Doktrin ini bukan saya utarakan dan buat-buat sendiri. Doktrin ini sudah mengendap di dalam kepala saya sejak lama, namun dibantai tanpa ampun oleh pengertian konsep “Allah yang salah.” Allah Reformed, menurut pengertian saya adalah Allah yang dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian. Ini penilaian saya pribadi. Dan saya bukanlah orang satu-satunya yang beranggapan demikian. Saya tidak mengetahui mengapa hal sedemikian bisa terjadi. Mari kita merenungi sungguh-subngguh Firman Tuhan dengan rendah diri! Bukan rendah hati! Saya mempercayai seorang kristen harus rendah diri di hadapan Allah dan rendah hati di hadapan manusia. Rendah diri berarti menganggap diri rendah. Rendah hati berarti tidak menyombongkan segala kehebatan. Ini dua hal yang sangat berbeda.
Allah “marah” dengan anak-anakNya dalam suatu kemarahan yang “sejuk” dan mendidik! Namun, Ia benar-benar “marah” kepada mereka yang menolak DIA YANG TERSALIB. Kemarahan Allah kepada manusia yang tidak percaya adalah suatu kemarahan yang laten, panas, menghanguskan, mematikan, dan membinasakan! Berdoalah agar anda dan orang-orang yang anda sayangi bukanlah kelompok dari umat yang satu ini. Kemarahan Tuhan kepada manusia terhilang sungguh mengerikan. Pernahkah saudara memikirkan bentuk kemarahan yang bagaimanakah yang paling mengerikan yang dapat Allah berikan kepada manusia? Kemarahan yang paling menakutkan bukanlah menyebabkan manusia ditabrak truk, atau menyebabkan mereka terkena AIDS, tetapi kemarahan yang hebat bisa menyebabkan hidup seseorang sedemikian makmur, enak, sejahtera, sukses, bekelimpahan, dan seterusnya-dan seterusnya.... namun TANPA ALLAH! Hidup tanpa Allah adalah hidup yang sungguh mematikan! Lebih baik aku mati di dalam Tuhan dari pada aku hidup tanpa Allah? Hidup tanpa Allah berarti pada kenyataannya Allah tidak pernah mengenal anda. Sehebat apapun anda menganggap anda mengerti Ia, namun bila Dia tidak mengenal anda, hal itu menyebabkan kefatalan dasyat. Tuhan tahu siapa yang Dia pilih! Tuhan tahu siapa yang Ia kasihani! Demikian juga domba mengenal suara Gembalanya. Bila anda adalah salah satu dari kawanan domba kepunyaanNya, anda akan mengerti isi hatiNya, dan mampu menilai manakah ajaran yang salah, mana yang benar. Kehidupan tanpa Allah berarti hidup untuk DIBUANG SELAMA-LAMANYA. Sampai kapan? Sampai selama-lamanya? Seberapa lama? Selama-lamanya? Sejauh mana? Sejauh-jauhnya. Dimana? Di tempat yang tanpa Allah! Sama sekali tanpa Allah.
Kemarahan Allah mempunyai sifat yang berbeda dan terpisah menurut konsep “domba” atau bukan, “anak” atau bukan? “Umat tebusan” atau milik setan? Saya melihat hidup manusia yang tanpa Allah. Mereka pikir mereka aman dan bahagia. Karena Allah yang Sejati pastilah mengganggu manusia yng sejati. Tidak ada manusia yang sejati yang tidak sungguh-sungguh terganggu dengan hadirnya Allah yang sejati. Manusia yang sungguh-sungguh manusia pastilah manusia yang berdosa. Dan manusia yang berdosa tidak ada yang sungguh-sungguh cinta Tuhan. Manusia berdosa punya zona nyamannya sendiri,punya rencananya sendiri, punya kesukaannya sendiri, mereka merasa bisa hidup tanpa Allah. Dan Allah membenci anak-anakNya menjadi manusia yang seperti ini. Maka Ia mengganggu zona nyaman saudara! Berbahagialah mereka yang zona nyamannya diganggu oleh Tuhan! Berbahagialah mereka yang rencana dan cita-citanya DIGAGALKAN oleh Tuhan! Karena itu berarti Tuhan mengasihi saudara. Bukti bahwa Tuhan mengasihi seseorang adalah dengan memberinya banyak gangguan dalam hidupnya, banyak kegagalan, banyak penderitaan, dan banyak sakit hati. Maka saya sangat takut untuk berdoa: “Tuhan... sayangilah aku dengan sangat!” Karena siapa yang semakin Ia sayangi akan semakin Ia bentuk dan didik! Saya kadang bersyukur, mendapati diri saya bukanlah orang yang cukup pintar. Saya melihat ada banyak orang yang lebih pintar dari saya. Namun tragisnya, menyedihkannya, dan bersukacitanya: Mereka lebih banyak di “pukul” oleh Tuhan. Mereka lebih banyak dihajar! Mengapa? Ini karena mereka lebih pintar dari orang kebanyakan. Orang yang pintar adalah orang yang keras kepala. Orang bodoh tidak ada yang keras kepala. Orang bodoh di apakan saja nurut dan tidak protes. Tetapi orang pandai sering keras kepala. Dan orang keras kepala akan dibentuk Tuhan lebih lama, akan dipukul Tuhan lebih lama. Akan diasingkan Tuhan lebih lama! Dan mereka yang semakin pintar akan semakin lama diasingkan oleh Tuhan! Mereka yang semakin lama diasingkan Tuhan akan semakin lama “menyia-nyiakan” hidupnya. Itulah sebab mengapa orang-orang yang besar (di tangan Tuhan) memiliki kisah hidup yang sangat memilukan hati bila diungkapkan.
Saya ingin mendalami misteri ini. Namun adakah Tuhan memberikan saya pengertian yang cukup dan anugerah yang cukup untuk itu? Saya tidak tahu. Hidup itu sungguh dipenuhi dengan syukur, namun untuk dapat bersyukur dengan sebegitu hebat dan murni, seorang kristen kadang perlu menghadapi hidup yang sangat menggelisahkan dan sulit luar biasa. Hidup seseorang akan mencapai Fullness bukan di titik keberhasilannya, bukan di titik kejayaannya, namun dititik terdalam dari penderitaannya. Penderitaan (suffering) akan melahirkan orang-orang yang “dalam.” Kekayaan dan kemasyuran akan melahirkan anak-anak “gampang.” Lalu bagaimanakah kita harus berdoa dan memilih? Yang manakah yang mau saudara pilih? Disayang Tuhan untuk dididik dan dihajar atau dibenci Tuhan untuk dimurkai dan dibuang oleh Tuhan? Keduanya tidaklah sama!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar