Sabtu, 04 Desember 2010

Sorga; Pertemuan eksistansial

Ketika kita membicarakan mengenai Sorga, kita langsung otomatis membayangkan sorga sebagai suatu tempat (place). Tempat dimana kita bisa dan menemukan segala hal yang paling kita sukai dan cintai. Tempat dimana semua benda indah, bermutu, mahal, dan mulia bisa kita sentuh, lihat, dan miliki. Tempat dimana semua hobi yang kita sukai dapat kita kerjakan sepuas hati kita. Sorga semacam ini bukanlah sorga. Sorga semacam ini hanyalah taman bermain, dimana kita bisa menikmati segala hal yang menyenangkan hati saja.
Sorga tidak boleh hanya dibayangkan sebagai sebuah tempat! Ketika manusia membayangkan dan menginginkan sorga sebagai suatu tempat yang indah, tanpa sadar manusia telah membuang semua relasi yang indah. Sorga bukan hanya sebuah tempat impian. Sorga adalah pertemuan dari eksistansi yang mulia. Suatu pertemuan antar pribadi yang berelasi secara kekal. Maka sorga adalah kondisi eksistansial antara Pencipta dan ciptaan.
Jika sorga hanya dibayangkan sebagai suatu tempat. Maka sorga yang seperti ini adalah sorga yang dihuni oleh makhluk-mahkluk yang egois! Kenapa egois? Karena mahkluk tersebut tidak mau kesenangannya diganggu oleh mahkluk lain. Ketika si A sedang menikmati "sorga"nya, dia tidak rela kenikmatannya dihentikan oleh si B dan C. Maka kedatangan si B dan si C hanyalah suatu tragedi memuakkan bagi Si A yang sedang menikmati sorga. Sorga dalam konsep kesenangan hanyalah sorga yang penuh dengan keegoisan dan permusuhan! Ini bukan sorga! Ini adalah neraka yang secara tidak sadar dibangun oleh pikiran manusia yang dicemari oleh konsep dosa.
Jika sorga hanyalah sebuah taman bermain, dimana penghuninya adalah mahkluk yang kekal dengan tingkat pemuasan yang takterbatas, niscaya sorga menjadi taman permusuhan dimana penghuninya tidak akan pernah puas berada di sana.
Sorga bukanlah suatu tempat saja. Sorga adalah "pertemuanku dengan Pencipta-ku." Kita tidak mau hidup seorang diri. Tidak ada manusia yang hidup tanpa relasi. Manusia bisa hidup tanpa uang dikantong. Manusia masih bisa hidup tanpa rumah beratap. Tapi manusia akan memilih mati, jika harus menjalani hidup tanpa relasi!
Manusia boleh menjadi kaya, berkuasa, beristri banyak. Tapi bila tidak ada satupun yang mencintai dia dan mengerti dia, hatinya akan terasa kosong dan hampa. Inilah manusia. Ia tidak bisa hidup tanpa relasi. Relasi yang paling indah yang pernah manusia bangun di bumi hanyalah bayangan saja. Suatu bayangan tidak perbah seindah benda aslinya. Barang tiruan lebih indah dari bayangan. Bayangan itu tidak jelas, gelap, takberwarna, dan hampa. Namun benda aslinya begitu mulia dan indah. Yang asli bukan di sini. Keindahan relasi yang asli sulit terwujud di bumi (bukan berarti tak perlu diwujudkan). Keindahan relasi yang asli akan manusia temukan di Sorga.
Sorga, dimana aku menemukan Kasihku yang sejati. Dimana aku tidak akan tertolak. Dimana aku tidak akan membenci, Dimana aku menikmati menjadi pribadi yang mengasihi dan dikasihi. Dimana semua kecintaanku terhadap Allah dipuaskan dan disegarkan berulang-ulang.
Hidup di sorga adalah kebahagiaan tertinggi yang manusia bisa alami. Kesenangan yang paling ultimat dalam lingkaran kekudusan. Manusia ingin bahagia. Manusia mengejar kesenangan. Tidak ada manusia yang mencintai penderitaan, kesakitan, dan kesengsaraan. Semua manusia mengejar kesenangan dan kebahagiaan. Hanya saja objek kesenangan mereka berbeda. Objek kebahagiaan mereka berbeda. Ada yang kebahagiaannya memiliki banyak harta. Ada yang bahagia bila memiliki suami yang mengerti dan mencintai dia. Ada yang bahagia bila ia memiliki banyak anak. Ada yang bahagia bila ia telah menjalani hidup yang berarti. Semuanya menginginkan kebahagiaan. Walaupun ada yang kebahagiaannya takpernah ia capai, alami dan rasakan. Ada yang hanya mengalami sebentar, lalu hilang. Ada yang menikmati seterusnya, dan menginginkannya selalu.
Kebahagiaan, menjadi kuasa pendorong bagi manusia untuk bertahan hidup. Sayangnya, kebahagiaan sering semu. Sayangnya kebahagiaan itu sering berbayang-bayang. Makin kukejar, makin hilanglah ia. Makin kuhindari, kebahagiaan datang.
Kebahagiaan memiliki sifat yang terbalik. Makin kukejar, makin hilang. Tidak kukejar, aku mendapatkan. Inilah kebahagian yang lebih sejati yang manusia bisa alami. Kebahagiaan yang dikejar, sering bukanlah kebahagiaan. Kebahagiaan sejati tak perlu dikejar. Karena mereka datang kepadaku sebagai anugerah yang berlimpah. Anugerah itu datang bukan dari suatu kehampaan. Anugerah itu datang bukan dari mahkluk takberpribadi. Anugerah itu datang bukan dari oknum yang jahat. Anugerah itu datang, dari Penciptaku yang mengasihi aku.
Pcncipta yang selalu mengerti apa yang manusia butuhkan. Pencipta yang mengetahui apa yang paling memuaskan hati ciptaanNya. Tidak pernah ciptaan puas dengan yang juga hanya ciptaan. Ciptaan mencipta ciptaan dan mengira ia akan puas, namun ia terus-menerus mencipta takhenti-henti, yang hanya membuktikan ia tidak benar-benar puas dengan ciptaannya. Seorang pelukis tak henti-henti melukis dan menghasilkan karya-karya yang hebat luar biasa. Namun ia tak berhenti menghasilkkan karya, bukan karena ia sudah puas. Tapi sebaliknya, karena ia belum puas, dan belum merasakan bahwa ia telah menghasilkan karya terbaik! Bila ia merasa telah menghasilkan karya terbaik. Ia bukan pelukis sejati. Ia hanya pelukis gadungan. Karena pelukis sejati takpernah puas dengan karyanya yang paling dasyat sekalipun. Ia terus melukis takhenti-henti, sampai dihentikan oleh napas yang terputus.
Ciptaan (yaitu manusia) tak pernah puas dengan ciptaannya (karyanya). Ciptaan juga sulit dipuaskan oleh sesama ciptaan. Peternak ayam tak puas bila hanya memiliki satu ayam. Kalau bisa semua ayam di muka bumi bisa ia miliki. Inilah manusia. Manusia tak pernah puas dengan apapun yang bahkan adalah sesama ciptaan. Manusia hanya puas bila ia bersatu dengan Penciptanya. Bila ia berhadapan muka dengan penciptanya. Bila ia menikmati Dia selama-lamanya. Bila ia memuliakan Dia selama-lamanya.
Kiranya kita mengerti sorga bukan hanya sebagai suatu tempat. Tetapi mengenalnya dan merindukannya sebagai titik pertemuan kekal antara aku yang dicipta dengan Penciptaku. Barulah semua sukacita, kebahagiaan, kesenangan boleh manusia alami secara kekal. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar