Selasa, 02 September 2014

Directions on Education

Directions on Education
Pendidikan yang tanpa arah adalah pendidikan yang tidak membawa manusia kemanapun. Bahkan pendidikan postmodern pun tetap memiliki arah yang dituju. Walau arah tersebut tidaklah harus sama diantara satu murid dengan murid lainnya, karena setiap mereka memiliki arahnya masing-masing dimana hampir tidak ada satu arah yang jauh lebih mulia dibandingkan arah lainnya.
            Ketika pendidikan dimulai, maka terjadi pembelajaran diantara subjek dan objek. Dan dunia modern telah berhasil membawa system pembelajaran manusia masuk ke dalam kondisi adanya banyak subjek dan sedikit objek. Semakin banyak observer dan semakin tunggalnya objek, pendidikan tersebut akan semakin dikatakan sukses dan berhasil, karena objek tersebut tidak dapat melarikan/ menyembunyikan fakta tentang dirinya di hadapan observer. Itulah sebabnya satu bunga dapat dipelajari oleh ratusan ilmuwan, dan menghasilkan ratusan teori yang berbeda. Sehingga kedasyatan pencapaian pendidikan modern adalah sangat bergantung pada kekayaan dari satu objek yang diteliti. Jika objek tersebut tunggal dan memiliki variable dan dimensi yang kaya, maka objek tersebut mampu berubah menjadi subjek. Disinilah objek memiliki kekuatan berubah menjadi suatu subjek studi. “Subjek study”, demikianlah kita menyebutnya pada hari ini. Suatu objek yang akhirnya menjadi subjek berarti objek tersebut memiliki kelimpahan tertentu sehingga layak menduduki posisi subjek. Apabila observer akhirnya menganggap bahwa objek tersebut lebih besar dari dirinya peneliti, maka objek tersebut akan menguasai peneliti dan akhirnya mengubah peneliti menjadi objek yang dibaca oleh objek yang telah berubah menjadi subjek. Tanpa suatu identity yang kuat sebagai seorang peneliti, penelity akan kehilangan makna dirinya ketika berhadapan dengan objek yang jauh terlihat superior dibandingkan dengan dirinya. Disinikah posisi pendidikan yang ingin kita tuju? Barang tentu tidak. Pendidikan Kristen tidak mengalami bias dengan pendekatan subjek-objek yang dialami oleh dunia pendidikan modern.
            Demikian juga ketika pendidikan berbicara mengenai subjek-objek, hal lain yang mengherankan adalah bahwa situasi pembelajaran/ penelitian tersebut bisa sedemikian seriusnya sampai ketika objek tersebut hilang dari observasi para peneliti, mereka dapat saja tidak sadar akan realita tersebut. Ketidaksadaran akan hilangnya objek ketika terjadi penelitian diantara para peneliti, adalah suatu yang janggal dan menggelikan, namun ini seringkali terjadi. Dan apabila objek tersebut hilang maka penelitian tersebut tidak kemudian terhenti atau berhenti, para peneliti justru melanjutkan penelitian yang tanpa objek tersebut dengan menggantinya dengan objek yang lain yaitu para peneliti itu sendiri. Disini subjek-subjek terlalu superior sehingga akhirnya diantara para subjek harus ada yang menjadi objek untuk menggantikan objek yang telah hilang. Sehingga akhirnya penelitian berubah menjadi perdebatan suatu teori dan isu tertentu. Hal ini juga dapat terjadi di dalam Seminari bahkan. Dimana para mahasiswa lebih memilih untuk berdebat tentang teori-teori tertentu dan bukannya mencari jalan yang fruitfull diantara mereka bagi pembangunan tubuh Kristus.
            Ketika objek telah hilang dan para peneliti tidak merasa ada suatu keganjilan yang baru muncul di tengah-tengah mereka, akhirnya membawa arah pendidikan kepada suatu yang tidak diduga oleh para peneliti. Perdebatan tentang teori yang tidak membawa perubahan apapun bagi kehidupan manusia justru digeluti dan dibicarakan panjang-lebar seolah-olah itu memberikan manfaat dan kebaikan bagi masyarakat. Disinilah isu mengenai kebencian Kain kepada adiknya kembali muncul dalam realita pendidikan. Diantara para pendidik, muncul pendidik-pendidik yang menonjol dan menimbulkan panas hati satu sama lain yang nantinya panas hati itu akan menelurkan teori-teori baru demi menghancurkan segala pencapaian pendidik baru yang menonjol tersebut. Inilah dunia pendidikan. Pendidikan tidak selalu mendidik manusia, karena pendidikan dapat memilih jalan yang licin yang jauh lebih menarik daripada jalan yang lurus dan sempit. Lalu kemanakah pendidikan harus berpaut di tengah kekacauan subjek-objek yang sepertinya tidak habis-habis?

            Pendidikan harus menempatkan kembali kebenaran dan otoritas Firman Tuhan diatas pendirian subjek-objek yang seringkali mengambil jalan yang ambigu. Penempatan posisi yang seharusnya membawa subjek tidak pernah memperlakukan objek secara mandiri. Ketika subjek melakukan observasi terhadap objek, maka subjek tersebut harus selalu ingat bahwa objek tersebut tidaklah berdiri sendiri, karena dibalik objek tersebut ada Tuhan yang menjadikan objek tersebut objek yang sedemikian. Hal ini menghindari penyalahgunaan objek bagi kepentingan subjek. Hal ini menjaga objek tetap di dalam statusnya sebagai objek tanpa perlu dimanipulasi oleh subjek yang lebih dominan. Pemberesan tatanan subjek-objek dan kesadaran akan adanya Tuhan yang berkuasa diatas keduanya, akan membawa pendidikan terarah dalam suatu arah yang sehat dan mapan di dalam terang kebenaran Firman yang berotoritas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar