Directions on Education
Pendidikan
yang tanpa arah adalah pendidikan yang tidak membawa manusia kemanapun. Bahkan
pendidikan postmodern pun tetap memiliki arah yang dituju. Walau arah tersebut
tidaklah harus sama diantara satu murid dengan murid lainnya, karena setiap
mereka memiliki arahnya masing-masing dimana hampir tidak ada satu arah yang
jauh lebih mulia dibandingkan arah lainnya.
Ketika pendidikan dimulai, maka
terjadi pembelajaran diantara subjek dan objek. Dan dunia modern telah berhasil
membawa system pembelajaran manusia masuk ke dalam kondisi adanya banyak subjek
dan sedikit objek. Semakin banyak observer dan semakin tunggalnya objek,
pendidikan tersebut akan semakin dikatakan sukses dan berhasil, karena objek
tersebut tidak dapat melarikan/ menyembunyikan fakta tentang dirinya di hadapan
observer. Itulah sebabnya satu bunga dapat dipelajari oleh ratusan ilmuwan, dan
menghasilkan ratusan teori yang berbeda. Sehingga kedasyatan pencapaian
pendidikan modern adalah sangat bergantung pada kekayaan dari satu objek yang
diteliti. Jika objek tersebut tunggal dan memiliki variable dan dimensi yang
kaya, maka objek tersebut mampu berubah menjadi subjek. Disinilah objek
memiliki kekuatan berubah menjadi suatu subjek studi. “Subjek study”,
demikianlah kita menyebutnya pada hari ini. Suatu objek yang akhirnya menjadi subjek
berarti objek tersebut memiliki kelimpahan tertentu sehingga layak menduduki
posisi subjek. Apabila observer akhirnya menganggap bahwa objek tersebut lebih
besar dari dirinya peneliti, maka objek tersebut akan menguasai peneliti dan
akhirnya mengubah peneliti menjadi objek yang dibaca oleh objek yang telah
berubah menjadi subjek. Tanpa suatu identity yang kuat sebagai seorang
peneliti, penelity akan kehilangan makna dirinya ketika berhadapan dengan objek
yang jauh terlihat superior dibandingkan dengan dirinya. Disinikah posisi
pendidikan yang ingin kita tuju? Barang tentu tidak. Pendidikan Kristen tidak
mengalami bias dengan pendekatan subjek-objek yang dialami oleh dunia
pendidikan modern.
Demikian juga ketika pendidikan
berbicara mengenai subjek-objek, hal lain yang mengherankan adalah bahwa situasi
pembelajaran/ penelitian tersebut bisa sedemikian seriusnya sampai ketika objek
tersebut hilang dari observasi para peneliti, mereka dapat saja tidak sadar
akan realita tersebut. Ketidaksadaran akan hilangnya objek ketika terjadi
penelitian diantara para peneliti, adalah suatu yang janggal dan menggelikan,
namun ini seringkali terjadi. Dan apabila objek tersebut hilang maka penelitian
tersebut tidak kemudian terhenti atau berhenti, para peneliti justru melanjutkan
penelitian yang tanpa objek tersebut dengan menggantinya dengan objek yang lain
yaitu para peneliti itu sendiri. Disini subjek-subjek terlalu superior sehingga
akhirnya diantara para subjek harus ada yang menjadi objek untuk menggantikan
objek yang telah hilang. Sehingga akhirnya penelitian berubah menjadi
perdebatan suatu teori dan isu tertentu. Hal ini juga dapat terjadi di dalam
Seminari bahkan. Dimana para mahasiswa lebih memilih untuk berdebat tentang
teori-teori tertentu dan bukannya mencari jalan yang fruitfull diantara mereka
bagi pembangunan tubuh Kristus.
Ketika objek telah hilang dan para
peneliti tidak merasa ada suatu keganjilan yang baru muncul di tengah-tengah
mereka, akhirnya membawa arah pendidikan kepada suatu yang tidak diduga oleh
para peneliti. Perdebatan tentang teori yang tidak membawa perubahan apapun
bagi kehidupan manusia justru digeluti dan dibicarakan panjang-lebar
seolah-olah itu memberikan manfaat dan kebaikan bagi masyarakat. Disinilah isu
mengenai kebencian Kain kepada adiknya kembali muncul dalam realita pendidikan.
Diantara para pendidik, muncul pendidik-pendidik yang menonjol dan menimbulkan
panas hati satu sama lain yang nantinya panas hati itu akan menelurkan teori-teori
baru demi menghancurkan segala pencapaian pendidik baru yang menonjol tersebut.
Inilah dunia pendidikan. Pendidikan tidak selalu mendidik manusia, karena
pendidikan dapat memilih jalan yang licin yang jauh lebih menarik daripada
jalan yang lurus dan sempit. Lalu kemanakah pendidikan harus berpaut di tengah
kekacauan subjek-objek yang sepertinya tidak habis-habis?
Pendidikan harus menempatkan kembali
kebenaran dan otoritas Firman Tuhan diatas pendirian subjek-objek yang
seringkali mengambil jalan yang ambigu. Penempatan posisi yang seharusnya membawa
subjek tidak pernah memperlakukan objek secara mandiri. Ketika subjek melakukan
observasi terhadap objek, maka subjek tersebut harus selalu ingat bahwa objek
tersebut tidaklah berdiri sendiri, karena dibalik objek tersebut ada Tuhan yang
menjadikan objek tersebut objek yang sedemikian. Hal ini menghindari
penyalahgunaan objek bagi kepentingan subjek. Hal ini menjaga objek tetap di
dalam statusnya sebagai objek tanpa perlu dimanipulasi oleh subjek yang lebih
dominan. Pemberesan tatanan subjek-objek dan kesadaran akan adanya Tuhan yang
berkuasa diatas keduanya, akan membawa pendidikan terarah dalam suatu arah yang
sehat dan mapan di dalam terang kebenaran Firman yang berotoritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar