Spiritualitas di dalam
Pendidikan Kristen
Saat
ini orang-orang diluar gerejapun membicarakan tema spiritualitas. Maka disini
kita menghadapi kebahayaan dari apa yang dinamakan counterfeit. Counterfeit
adalah tiruan dari iman. Kebenaran itu sekarang dicounterfeit-kan, untuk
menghasilkan sesuatu yang tidak asli namun mirip dengan aslinya. Tema
counterfeit ini sudah terjadi di Kejadian 3, yaitu diawal peristiwa manusia
jatuh ke dalam dosa.
Kita sekarang kesulitan untuk
membedakan antara iman dengan yang bukan iman. Sedangkan spiritualitas di dalam
Kristus itu harus dibicarakan berkaitan dengan iman di dalam Allah Tritunggal.
Diluar itu, spiritualitas kita adalah spiritualitas counterfeit. Mengapa kita
perlu berbicara mengenai tema spiritualitas di dalam kaitannya dengan
pendidikan Kristen? Yaitu karena dunia kita sedang mengerjakan hal ini dengan
suatu pendekatan yang berbeda/ counterfeit terhadap iman kristen. Itulah
sebabnya kita perlu menegakkan kembali pendidikan Kristen yang berbasiskan pada
spiritualitas di dalam Allah Tritunggal.
Ketika
manusia sudah jatuh ke dalam dosa, maka manusia mengalami separasi yaitu
keterpisahan satu dengan yang lainnya didalam diri manusia itu sendiri. Namun
apakah ini ajaran yang alkitab ingin sampaikan? Ternyata tidak, alkitab tidak
mengajarkan hal seperti ini. Kalau begitu apa itu spiritualitas? Spiritualitas
itu berbicara tentang: Relasi dengan Tuhan Allah. Relasi tersebut berbicara
tentang hubungan antara Allah dengan saya sebagai manusia. Maka dari itu tema
spiritualitas bukanlah berbicara tentang tension antara body and soul. Itu
bukanlah tema yang dibicarakan di dalam spiritualitas kristen. Tema mengenai
relasi/ hubungan Tuhan dengan saya menjadi tema yang mendasar di dalam
spiritualitas.
Tantangan
Pendidikan Modern dan Versi Pendidikan Kristen yang Kritikal
Area pendidikan adalah hal yang
penting untuk digarap melihat adanya persimpangan antara dua kebudayaan yaitu biblical culture and modern culture.
Seorang murid kristen seharusnya dapat menjadi saksi yang setia dari Injil
walaupun ia terlibat dalam suatu budaya yang memiliki story yang berbeda dari story
yang mereka yakini. Perhatian Goheen terarah pada bagaimana seorang murid
kristen terlibat dalam suatu perkembangan budaya namun tetap menjadi seorang
kristen yang setia pada Injil.
Pendidikan kristen mendapatkan
ketegangan dari sistem pendidikan modern (Enlightenment).
Dimana sistem pendidikan ini tidaklah dibangun dari pemahaman akan worldview kristen. Pendidikan yang
sedang menjadi trend adalah
pendidikan yang mempersiapkan siswanya dalam memasuki suatu keadaan sosial yang
humanis, mengedepankan kebebasan, dan mementingkan nilai kemakmuran material.
Sistem seperti ini sangat berbeda dengan sistem pendidikan kristen yang
dibangun di atas dasar kebenaran Firman Tuhan. Sistem Enlightenment tidak mementingkan suatu yang bersifat religius,
karena bagi mereka hal-hal tersebut adalah netral. Maka mereka memisahkan
pendidikan dengan hal-hal yang bersifat religius. Kemudian mereka berusaha
menekankan pada fungsi rasio dalam pendidikan, dan hal ini sebenarnya adalah
suatu pemujaan terhadap rasio. Dengan begitu tidak ada suatu sistem pendidikan
yang sebenarnya tidak “menyembah” suatu model tertentu untuk dijadikan
“berhala”.
Budaya barat memiliki sebuah
tujuan dalam pendidikan, dan tujuan itu hanyalah berkaitan dengan menghasilkan
kemampuan dalam pemasaran produk-produk, dimana para murid diharapkan mampu
bersaing dalam pemasaran global. Maka pendidikan model seperti ini hanyalah
memberikan kepada murid apa yang mereka perlukan untuk hidup dalam suatu dunia
yang konsumerisme. Bila keadaan pendidikan kita pada zaman ini adalah seperti
itu, bagaimana kita dapat membawa Injil Yesus Kristus kedalam suatu sistem pendidikan
yang sudah tercemar dengan pemikiran yang humanis? Apakah kita dapat memasukkan
Injil itu dalam kehidupan para murid pada saat ini?
Pertama panggilan kita dalam
bidang pendidikan ini harus bersifat kritikal.
Kita perlu memikirkan implikasi yang Injil berikan bagi suatu sistem
pendidikan. Pendekatan yang bersifat kritik ini didirikan di atas dasar
filsafat yang menyeluruh dan berbeda dengan filsafat dunia. Melalui filsafat
kristen ini, kita dapat mengharapkan adanya suatu tujuan yang berbeda, arah
yang berbeda yang dapat ditetapkan oleh sekolah kristen.
Apa tujuan dari suatu pendidikan
yang dikatakan kristen? Tujuannya adalah memperlengkapi murid-murid untuk dapat
menjadi saksi yang setia bagi Injil di dalam seluruh kehidupan mereka. Kita
perlu menguji setiap motivasi di dalam model-model pendidikan yang kita pilih.
Karena tidak semua motivasi adalah sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Motivasi
tersebut dapat berbentuk sesuatu yang baik misalkan: kita memilih home schooling
untuk menghindarkan anak-anak kita dari pengaruh yang buruk yang dunia miliki.
Atau kita memilih suatu sistem sekolah tertentu karena sekolah tersebut peduli
dalam membangun karakter seorang manusia. Apapun motivasi yang kita miliki,
kita harus mempertimbangkan motivasi yang lebih besar yaitu: apakah seorang
murid dapat menjadi seorang kristen yang beriman dan menjadi saksi bagi Injil
di seluruh kehidupannya.
Panggilan pendidikan kristen
harus dikerjakan dengan setia oleh orang-orang yang telah percaya kepada
Kristus dan InjilNya. Orang-orang kristen perlu membangun suatu komunitas
dimana mereka dapat saling mendukung, membangun, memberi semangat, dan saling
mendoakan satu sama lain dalam menjawab panggilan ini.
Penutup
Sekolah kristen
mendapat bukan hanya tanggung jawab dari Allah untuk mereka emban dan jalankan
dalam mendidik anak-anak untuk semakin serupa dengan Kristus, namun juga
diperingatkan agar sekolah Kristen senantiasa menjalankan segala tugas
pendidikannya dengan didasari perasaan syukur yang mendalam. Hak-hak istimewa yang
kaum pilihan nikmati melalui Karya Yesus Kristus yang mendamaikan,
merekonsiliasi, memulihkan ciptaanNya kini dikerjakan oleh karya Roh Kudus di
dalam kehidupan guru (pertama-tama) untuk kemudian ditularkan kepada pemikiran
dan kehidupan para murid. Sehingga semua pembaruan dan pemulihan akal budi,
hati nurani, moral, dan kebajikan memberikan shalom yang tergenapi di dalam kehidupan mereka. Anak-anak didik
inilah (yang sudah mengecap karunia dan pertolongan dari karya Roh Kudus) yang
nantinya akan menjadi saksi sebagai garam dan terang di dalam dunia mereka pada
bidang-bidang yang mereka geluti.
Semua
pergumulan dalam proses pendidikan, dan pengaruh mereka di luar dunia
pendidikan dipengaruhi oleh pekerjaan Roh Kudus yang telah mereka terima dan
nikmati di dalam sekolah-sekolah Kristen. Hendaknya pendidik-pendidik Kristen
menjadi sadar akan besarnya campur tangan Roh Kudus dalam mendidik, mendorong,
memulihkan, dan mempertobatkan kehidupan seorang manusia Kristen menjadi saksi
bagi Injil Kerajaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar