Selasa, 02 September 2014

Spiritualitas di dalam Pendidikan Kristen

Spiritualitas di dalam Pendidikan Kristen
Saat ini orang-orang diluar gerejapun membicarakan tema spiritualitas. Maka disini kita menghadapi kebahayaan dari apa yang dinamakan counterfeit. Counterfeit adalah tiruan dari iman. Kebenaran itu sekarang dicounterfeit-kan, untuk menghasilkan sesuatu yang tidak asli namun mirip dengan aslinya. Tema counterfeit ini sudah terjadi di Kejadian 3, yaitu diawal peristiwa manusia jatuh ke dalam dosa.
            Kita sekarang kesulitan untuk membedakan antara iman dengan yang bukan iman. Sedangkan spiritualitas di dalam Kristus itu harus dibicarakan berkaitan dengan iman di dalam Allah Tritunggal. Diluar itu, spiritualitas kita adalah spiritualitas counterfeit. Mengapa kita perlu berbicara mengenai tema spiritualitas di dalam kaitannya dengan pendidikan Kristen? Yaitu karena dunia kita sedang mengerjakan hal ini dengan suatu pendekatan yang berbeda/ counterfeit terhadap iman kristen. Itulah sebabnya kita perlu menegakkan kembali pendidikan Kristen yang berbasiskan pada spiritualitas di dalam Allah Tritunggal.
Ketika manusia sudah jatuh ke dalam dosa, maka manusia mengalami separasi yaitu keterpisahan satu dengan yang lainnya didalam diri manusia itu sendiri. Namun apakah ini ajaran yang alkitab ingin sampaikan? Ternyata tidak, alkitab tidak mengajarkan hal seperti ini. Kalau begitu apa itu spiritualitas? Spiritualitas itu berbicara tentang: Relasi dengan Tuhan Allah. Relasi tersebut berbicara tentang hubungan antara Allah dengan saya sebagai manusia. Maka dari itu tema spiritualitas bukanlah berbicara tentang tension antara body and soul. Itu bukanlah tema yang dibicarakan di dalam spiritualitas kristen. Tema mengenai relasi/ hubungan Tuhan dengan saya menjadi tema yang mendasar di dalam spiritualitas.

Tantangan Pendidikan Modern dan Versi Pendidikan Kristen yang Kritikal
Area pendidikan adalah hal yang penting untuk digarap melihat adanya persimpangan antara dua kebudayaan yaitu biblical culture and modern culture. Seorang murid kristen seharusnya dapat menjadi saksi yang setia dari Injil walaupun ia terlibat dalam suatu budaya yang memiliki story yang berbeda dari story yang mereka yakini. Perhatian Goheen terarah pada bagaimana seorang murid kristen terlibat dalam suatu perkembangan budaya namun tetap menjadi seorang kristen yang setia pada Injil.
Pendidikan kristen mendapatkan ketegangan dari sistem pendidikan modern (Enlightenment). Dimana sistem pendidikan ini tidaklah dibangun dari pemahaman akan worldview kristen. Pendidikan yang sedang menjadi trend adalah pendidikan yang mempersiapkan siswanya dalam memasuki suatu keadaan sosial yang humanis, mengedepankan kebebasan, dan mementingkan nilai kemakmuran material. Sistem seperti ini sangat berbeda dengan sistem pendidikan kristen yang dibangun di atas dasar kebenaran Firman Tuhan. Sistem Enlightenment tidak mementingkan suatu yang bersifat religius, karena bagi mereka hal-hal tersebut adalah netral. Maka mereka memisahkan pendidikan dengan hal-hal yang bersifat religius. Kemudian mereka berusaha menekankan pada fungsi rasio dalam pendidikan, dan hal ini sebenarnya adalah suatu pemujaan terhadap rasio. Dengan begitu tidak ada suatu sistem pendidikan yang sebenarnya tidak “menyembah” suatu model tertentu untuk dijadikan “berhala”.
Budaya barat memiliki sebuah tujuan dalam pendidikan, dan tujuan itu hanyalah berkaitan dengan menghasilkan kemampuan dalam pemasaran produk-produk, dimana para murid diharapkan mampu bersaing dalam pemasaran global. Maka pendidikan model seperti ini hanyalah memberikan kepada murid apa yang mereka perlukan untuk hidup dalam suatu dunia yang konsumerisme. Bila keadaan pendidikan kita pada zaman ini adalah seperti itu, bagaimana kita dapat membawa Injil Yesus Kristus kedalam suatu sistem pendidikan yang sudah tercemar dengan pemikiran yang humanis? Apakah kita dapat memasukkan Injil itu dalam kehidupan para murid pada saat ini?
Pertama panggilan kita dalam bidang pendidikan ini harus bersifat kritikal. Kita perlu memikirkan implikasi yang Injil berikan bagi suatu sistem pendidikan. Pendekatan yang bersifat kritik ini didirikan di atas dasar filsafat yang menyeluruh dan berbeda dengan filsafat dunia. Melalui filsafat kristen ini, kita dapat mengharapkan adanya suatu tujuan yang berbeda, arah yang berbeda yang dapat ditetapkan oleh sekolah kristen.
Apa tujuan dari suatu pendidikan yang dikatakan kristen? Tujuannya adalah memperlengkapi murid-murid untuk dapat menjadi saksi yang setia bagi Injil di dalam seluruh kehidupan mereka. Kita perlu menguji setiap motivasi di dalam model-model pendidikan yang kita pilih. Karena tidak semua motivasi adalah sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Motivasi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang baik misalkan: kita memilih home schooling untuk menghindarkan anak-anak kita dari pengaruh yang buruk yang dunia miliki. Atau kita memilih suatu sistem sekolah tertentu karena sekolah tersebut peduli dalam membangun karakter seorang manusia. Apapun motivasi yang kita miliki, kita harus mempertimbangkan motivasi yang lebih besar yaitu: apakah seorang murid dapat menjadi seorang kristen yang beriman dan menjadi saksi bagi Injil di seluruh kehidupannya.
Panggilan pendidikan kristen harus dikerjakan dengan setia oleh orang-orang yang telah percaya kepada Kristus dan InjilNya. Orang-orang kristen perlu membangun suatu komunitas dimana mereka dapat saling mendukung, membangun, memberi semangat, dan saling mendoakan satu sama lain dalam menjawab panggilan ini.

Penutup
Sekolah kristen mendapat bukan hanya tanggung jawab dari Allah untuk mereka emban dan jalankan dalam mendidik anak-anak untuk semakin serupa dengan Kristus, namun juga diperingatkan agar sekolah Kristen senantiasa menjalankan segala tugas pendidikannya dengan didasari perasaan syukur yang mendalam. Hak-hak istimewa yang kaum pilihan nikmati melalui Karya Yesus Kristus yang mendamaikan, merekonsiliasi, memulihkan ciptaanNya kini dikerjakan oleh karya Roh Kudus di dalam kehidupan guru (pertama-tama) untuk kemudian ditularkan kepada pemikiran dan kehidupan para murid. Sehingga semua pembaruan dan pemulihan akal budi, hati nurani, moral, dan kebajikan memberikan shalom yang tergenapi di dalam kehidupan mereka. Anak-anak didik inilah (yang sudah mengecap karunia dan pertolongan dari karya Roh Kudus) yang nantinya akan menjadi saksi sebagai garam dan terang di dalam dunia mereka pada bidang-bidang yang mereka geluti.

Semua pergumulan dalam proses pendidikan, dan pengaruh mereka di luar dunia pendidikan dipengaruhi oleh pekerjaan Roh Kudus yang telah mereka terima dan nikmati di dalam sekolah-sekolah Kristen. Hendaknya pendidik-pendidik Kristen menjadi sadar akan besarnya campur tangan Roh Kudus dalam mendidik, mendorong, memulihkan, dan mempertobatkan kehidupan seorang manusia Kristen menjadi saksi bagi Injil Kerajaan Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar